Sabtu 11 Mar 2017 08:33 WIB

PWI Beri Penghargaan Pena Emas untuk Gubernur Jabar

Ahmad Heryawan
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ahmad Heryawan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dianugerahi Pena Emas oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat, yang diserahkan langsung oleh Ketua PWI Pusat Margiono di Gedung Sate, Bandung, Jumat (10/3) malam.

Penghargaan tersebut diberikan kepada gubernur yang akrab disapa Aher itu, setelah uji kompetensi kepada Aher di hadapan para pengurus PWI, para tokoh, dan media. Pena Emas bentuk penghargaan tertinggi dari PWI yang diberikan kepada tokoh atau pihak-pihak yang dinilai berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pers di Indonesia dan hal itu yang membuat Gubernur Aher dinilai layak untuk mendapatkannya.

Aher mengaku tak menyangka akan meraih penghargaan tertinggi PWI itu. "Saya kaget dan tidak menyangka, mungkin karena pembangunan yang telah kita lakukan semenjak awal dan urusan-urusan pemerintah kita yang selalu terbuka kepada pers," katanya.

Ia menyatakan berterima kasih atas penghargaan itu. "Terimakasih atas penilaian kepantasan mendapatkan anugerah yang sangat berharga ini, mudah-mudahan saya bisa menjaga amanah ini untuk berkomitmen dengan nilai-nilai kejujuran termasuk dalam media," katanya.

Saat uji kompetensi, Aher menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Jurnalisme Tabayyun" yang akhirnya diputuskan oleh 7 panelis dari Dewan Kehormatan PWI pusat untuk direkomendasikan mendapatkan nilai cumlaude dan layak dianugerahi Pena Emas.

Dalam orasinya, Aher bercita-cita menghadirkan pers yang sehat, menyampaikan berita berimbang, mengadvokasi masyarakat, mengetahui hak dan kewajiban, bahasa yang menyejukkan dan mampu menjadi kontrol sosial yang baik.

"Tadi saya kemukakan hal yang perlu dilakukan adalah bersikaplah ketika ada informasi yang datang, periksa atau cek dan ricek kebenaran berita tersebut," kata Aher.

Ia mengatakan dalam bahasa Alquran hal itu disebut dengan Tabayyun. Sebuah sikap yang seringkali keliru di masyarakat adalah ketika ada informasi yang memberitakan seseorang dari sumber tertentu maka yang sering diklarifikasi malah orang yang diberitakan. Seharusnya yang harus diklarifikasi adalah si pembuat berita.

Ia menuturkan terutama di media sosial orang bahkan dengan sengaja menggunakan bahasa yang sarkastis dan tak jarang beritanya hoaks. Hal itu perlu diselesaikan dan diadvokasi ke masyarakat. 

"Karena itu mari kita hadirkan jurnalisme yang sehat dengan menghadirkan jurnalisme Tabayyun atau jurnalisme yang cek dan ricek," kata Aher.

Ketua PWI pusat Margiono mengungkapkan penghargaan tertinggi PWI itu layak dianugerahkan kepada Gubernur Aher. Menurut dia, jasa Aher di bidang pers dan organisasi tinggi. "Di samping itu kita juga memandang Pak Aher bisa memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pers ke depan yaitu pemahaman beliau terhadap nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan nilai jurnalistik," kata Margiono.

Ia berharap pemikiran dan ide dari Gubernur Aher akan menperkuat perkembangan pers nasional pada masa mendatang. "Itu istimewanya beliau, selain berjasa pada pers dan organisasi beliau juga memiliki potensi untuk perkembangan pers ke depan, ini penting, makanya istimewa," ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement