Kamis 09 Mar 2017 21:07 WIB

30 SMP di Purwakarta Dijadikan Pusat Pengembangan Ternak

Rep: Ita Nina Winarsih / Red: Irfan Fitrat
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, bersama anak-anak sedang menerangkan tentang pendidikan vokasional.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, bersama anak-anak sedang menerangkan tentang pendidikan vokasional.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA — Sebanyak 30 SMP di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, ditunjuk sebagai pusat pengembangan dan laboratorium hewan ternak. Langkah ini sekaligus untuk memfasilitasi siswa yang berminat terhadap bidang peternakan. 

Menurut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, minat pelajar di daerahnya sangat tinggi untuk mengembangkan hewan ternak. Namun, sarana dan prasarana di sekolah belum memadai. Karenanya, kata dia, pemerintah kabupaten (pemkab) menunjuk sejumlah sekolah sebagai pusat pengembangan dan laboratorium hewan ternak ini. Utamanya untuk pengembangan ternak dengan inseminasi buatan (IB). “Yang akan dikembangkan di 30 sekolah ini sapi dan domba,” ujar dia kepada Republika, Rabu (8/3).

Dedi menginginkan sekolah di Purwakarta menjadi pusat pendidikan yang multitalenta. Sehingga, tak hanya menghasilkan pelajar intelek secara akademik, melainkan juga produktif. Terutama di sektor pertanian dan peternakan. Untuk itu, kata dia, sejak beberapa tahun terakhir pemkab berupaya mendorong sekolah memuat pelajaran yang salah satu poinnya menitikberatkan pada pelajaran berbasis pertanian, peternakan, serta perkebunan.

Realisasi program berjalan antara lain di SMP Negeri (SMPN) 2 Pondok Salam. “Di sekolah ini anak-anak sudah bisa melakukan inseminasi buatan pada sapi,” kata Bupati. 

Ahmad Zain, pelajar kelas 8 SMPN 2 Pondok Salam, baru kali pertama melakukan inseminasi buatan terhadap sapi. Bagi dia, praktik inseminasi ini menjadi pelajaran berharga, meskipun sempat grogi. “Gemetar pasti ada. Apalagi, saat proses menyuntikan sperma sapi jantan ke betina ini dilihat oleh banyak orang, termasuk bupati,” ujar dia. 

Kepala Sekolah SMPN 2 Pondok Salam, R Gurnita Wijaksana, mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir pelajarnya sudah dididik untuk bisa bercocok tanam dan beternak. Saat ini siswa sudah bisa memanen sendiri hasil tanam mereka, seperti sayur-sayuran. Adapun IB terhadap sapi masuk dalam praktikum pelajaran biologi. “Ke depan, hasil IB ini harus diternak oleh para pelajar,” kata dia. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement