Rabu 08 Mar 2017 07:02 WIB

24 Sekolah Sementara di Pidie Jaya dan Bireun Sudah Digunakan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Kondisi bangunan ruang belajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Beuracan Trienggadeng yang rusak akibat gempa bumi di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (13/12).
Foto: Antara/Rahmad
Kondisi bangunan ruang belajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Beuracan Trienggadeng yang rusak akibat gempa bumi di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 24 sekolah sementara di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya, telah selesai. Sekolah tersebut dibangun untuk menggantikan sekolah-sekolah yang mengalami kerusakan akibat gempa berkekuatan 6,4 SR 7 Desember lalu.

"Sekolah-sekolah sementara tersebut sudah selesai pada pekan ketiga Februari 2017 lalu, dan semuanya sudah dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenpupera Danis H. Sumadilaga yang juga bertindak sebagai Ketua Satgas Percepatan Penanganan Dampak Bencana Gempa Bumi di Aceh melalui siaran pers, Selasa (7/3).

Bangunan sekolah sementara tersebut adalah SDN Tampui, SMPN Tampui 4, SD Peudeuk Tunong, MIN 2 Beuracan, SDN Masjid Trienggadeng, SDN Peulandok Tunong, PAUD Kasih Ibu, SDN 3 Meureudu, MTS Pangwa, MAN Trienggadeng, SMK I Bandar Baru, MIN Paru Bandar Baru, SMPN 3 Bandar Baru, SDN Jiem Jiem, MAS Ulumul Qurán, SD Malem Dagang Bandar Dua, MTSN Meuredu, TK Raudhatul An Nur Pangwa, SMK I Bandar Dua, SMP I Samalanga, SMP I Samalanga, SMP 2 Panteraja Trienggading, SDN Muka Blang, MIN Panteraja dan MAS Panteraja.

Selain ruang kelas, ia melanjutkan, sekolah sementara yang tersebar di tiga zona terdampak juga dilengkapi fasilitas pendukung seperti toilet, ruang guru, perpustakaan, mushola dan laboratorium dengan biaya sebesar Rp 16,04 miliar. Dana tersebut berasal dari dana siap pakai BNPB.

Dalam pembangunannya, Kemebpupera melibatkan BUMN Karya untuk konstruksi maupun konsultan pengawasnya yakni PT. Waskita Karya, PT. Hutama Karya, PT. Adhi Karya, PT. Nindya Karya, PT. Wijaya Karya, PT. Brantas Abripraya, PT. PP, PT. Waskita Karya, PT. Yodya Karya, PT. Bina Karya dan PT. Virama Karya.

Konstruksi yang digunakan adalah pengembangan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA)  yang dikenal sebagai bangunan tahan gempa. Selain itu, pengerjaannya dilakukan dengan sistem modular sehingga dapat dilakukan bongkar pasang secara cepat.

"Bila sekolah permanen sudah terbangun, modul-modul tersebut dapat disimpan untuk digunakan kembali bila diperlukan," ujarnya.

Sedangkan untuk bangunan sekolah permanen yabg dianggarkan Rp 74,34 miliar diperkirakan selesai dalam waktu maksimal satu tahun. "Untuk melakukan perbaikan dan pembangunan sekolah permanen tersebut saat ini telah disiapkan rencana teknisnya dan sudah disampaikan usulan pendanaannya kepada Kementerian Keuangan," lanjut dia.

Selain membangun sekolah sementara, Kementerian PUPR juga ditugaskan membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya sementara, Masjid At Taqarub dan STAI Al Azziziyah yang rusak akibat bencana gempa. Hingga saat ini progres fisik pembangunan RSUD sementara telah mencapai 37,62 persen dan ditargetkan selesai akhir Maret 2017.  

Untuk pembangunan Masjid, desain masjid baru telah disiapkan dan sudah dilakukan kegiatan sondering test dan test borring untuk mengetahui kondisi lapisan tanah. Begitu juga dengan progres pembangunan STAI Azziziyah yang ditargetkan dapat selesai sebelum Ramadhan 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement