Selasa 07 Mar 2017 02:00 WIB

Investasi Australia di Indonesia Kemungkinan Meningkat

  Sebagian mahasiswa Indonesia di Australia dalam salah satu kegiatan PPIA.
Foto: abc news
Sebagian mahasiswa Indonesia di Australia dalam salah satu kegiatan PPIA.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: William Henley *)

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia yang ditutup dengan pernyataan pers bersama PM Australia Malcolm Turnbull menyiratkan akan terjadinya peningkatan hubungan dagang Indonesia-Australia. Kedua kepala pemerintah sepakat meningkatkan hubungan "people to people contact" dengan berbagai aspek kerja sama.

Kedua negara sepakat menjalin kerja sama di sejumlah sektor dengan sektor pariwisata berada urutan pertama. Bali menjadi ikon kerja sama di sektor ini. Tahun lalu, menurut PM Turnbull, sekitar 1 juta warga Australia mengunjungi Bali.

Kedua, kerja sama di sektor pendidikan. Seperti diketahui, Australia menjadi salah satu tujuan mahasiswa Indonesia melanjutkan pendidikan. Di sisi lain, generasi muda Australia pun belajar di bawah skema Colombo Plan.

Selain kerja sama pariwisata dan pendidikan, kerja sama bidang ekonomi sedang disiapkan dalam kerangka Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang diharapkan tuntas pada akhir 2017 ini.

Indonesia juga mendapatkan fasilitas penghapusan biaya tarif dan nontarif untuk produk-produk seperti kertas dan minyak kelapa sawit.

Terakhir, dalam kerja sama di bidang politik, Indonesia dan Australia sepakat melanjutkan kerja sama di bidang pemberantasan terorisme dan kejahatan transnasional.

Invetasi australia dan perdagangan Indonesia

Berdasar data BKPM, pada triwulan IV 2016 realisasi invetasi Australia di Indonesia berada pada peringkat 19, dengan nila 29,0 juta dolar Amerika untuk 272 proyek. Sedangkan secara kumulatif, realisasi invetasi dari Januari sampai Desember 2016 mencapai 174,7 juta dolar Amerika untuk 813 proyek.

Jika dilihat dari tren investasi sejumlah negara mitra, dari 2011 sampai 2016, realisasi investasi Australia berada terendah sebesar 0,5 persen pada 2011 dan angka tertinggi 2,8 persen pada 2012, sedangkan pada 2016 tren investasinya berada di angka 0,6 persen.

Keterarikan Australia untuk menjalin kerja sama di sektor pariwisata niscaya akan menambah angka investasi negeri itu di Indonesia. Dengan begitu, relasi dagang Indonesia dan Australia tidak melulu didominasi impor daging, lebih dari itu berbagai kerja sama termasuk kerja sama di bidang tambang dan energi pun bisa dijajaki. Sektor-sektor signifikan di antara kedua negara bisa dikerjasamakan untuk menghasilkan neraca perdagangan yang saling menguntungkan.

Sementara itu, data Kemenperin menunjukkan, berdasar pemantauan ekspor 31 kelompok hasil industri hingga 2015, besi baja, mesin-mesin, dan otomotif berada di peringkat pertama. Di susul ekspor pengolahan kayu, tekstil, serta makanan dan minuman pada peringkat berikutnya. (selanjutnya silakan lihat table terlampir)

Dari dua fakta di atas, Indonesia tampaknya bisa berharap investasi Australia di Indonesia bisa diperluas dan ditambah nilainya. Di sisi lain, perdagangan Indonesia ke Australia juga tidak mengalami hambatan bahkan mendapat fasilitas bebas tarif dan sejenisnya.  

Kedua hal itu akan terwadahi dalam kesepakatan dagang dan investasi pada kerangka Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement yang diharapkan persiapannya rampung tahun ini.

Mengutip pernyataan Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam konperensi pers, seusai rapat terbatas, Selasa (21/2), di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, yang dipimpin Presiden Joko Widodo, ditandatanganinya IA-CEPA diharapkan dapat meningkatkan nilai perdagangan dan investasi kedua negara.

Sementara itu, tren perdagangan Indonesia-Australia selama 2011-2015 mengalami penurunan sebesar 4,25 persen. Sedangkan total perdagangan Indonesia-Australia pada 2015 justru hanya mencapai 8,5 miliar dollar AS atau turun 19,8 persen dari sebelumnya 10,6 miliar dollar AS pada 2014.

Jika IA-CEPAditandatangani tahun ini, maka ia akan menjadi perjanjian perdagangan bilateral pertama yang ditandatangani Pemerintah Indonesia setelah 10 tahun terakhir. Tak hanya itu, IA- CEPA juga menjadi awal dari sejumlah perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement negara Eropa lainnya yang sedang dijajaki.

Penandatangan IA-CEPA dapat dimaknai sebagai keberhasilan Indonesia membuka pasar dari semula hanya menjadi pasar raksasa bagi produk dari negara lain. Begitu pula dengan penandatangan kesepakan lainnya dengan sejumlah negara termasuk negara eropa. Ketika semua itu tercapai berarti pasar Indonesia pun akan semakin luas.

Di sisi lain, produk-produk Indonesia pun harus siap bersaing dengan produk sejenis dari negara mitra kerja sama. Dengan begitu, selain membuka pasar global, kerja sama dalam kerangka CEPA ini menjadi sinyal bagi pentingnya peningkatan kualitas produk dan jasa yang ditawarkan Indonesia.

 

Tabel Pemantauan Ekspor 31 Kelompok Hasil Industri
Negara: Australia

 

(Dalam US$)

No.

Kelompok Hasil Industri

2012

2013

2014

2015

Trend

1.

Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif

737.722.541

955.619.827

1.609.606.372

1.129.958.112

19,73%

2.

Pengolahan Kayu

234.964.736

224.325.022

259.453.360

231.474.320

1,01%

3.

T e k s t i l

156.813.348

170.399.649

176.771.936

196.848.159

7,45%

4.

Makanan dan Minuman

131.754.063

151.470.806

176.386.197

190.111.894

13,34%

5.

Elektronika

199.633.649

156.419.990

192.135.649

160.292.274

-4,43%

6.

Pulp dan Kertas

146.507.074

119.249.714

115.712.769

135.933.047

-2,52%

7.

Kimia Dasar

89.402.846

96.261.275

132.515.659

109.255.479

9,65%

8.

Pengolahan Tembaga, Timah dll.

10.517.909

29.591.629

125.270.163

101.040.792

127,74%

9.

Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki

67.616.939

68.160.395

86.088.871

95.951.288

13,69%

10.

Pengolahan Karet

145.444.433

112.762.427

101.437.852

92.508.517

-13,61%

11.

Plastik

56.903.613

93.369.868

74.714.943

81.000.010

8,72%

12.

Alat-alat Listrik

100.598.779

140.659.309

94.943.578

71.676.675

-13,15%

13.

P u p u k

130.597.219

97.646.046

114.521.324

62.796.870

-18,43%

14.

Produk Farmasi

28.360.111

22.702.648

41.542.323

51.760.692

27,24%

15.

Keramik, Marmer dan Kaca

50.498.695

41.684.269

44.959.635

42.240.488

-4,50%

16.

Peng. Emas, Perak, Logam Mulia, Perhiasan dll.

806.657.484

203.410.681

19.544.363

38.879.978

-68,15%

17.

Alat Olah Raga, Musik, Pendidikan dan Mainan

30.284.731

32.086.058

38.776.907

33.440.263

4,99%

18.

Barang-barang Kimia lainnya

33.671.980

44.588.310

57.880.113

19.198.980

-13,28%

19.

Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit

20.109.697

18.903.873

75.233.870

17.759.548

10,61%

20.

Pengolahan Aluminium

24.971.099

30.548.706

29.431.795

14.389.457

-15,56%

21.

Barang-barang Kerajinan lainnya

6.732.585

6.802.911

7.503.338

7.491.161

4,27%

22.

Rokok

1.419.094

3.788.878

5.467.864

6.648.625

64,87%

23.

Semen dan Produk dari Semen

17.168.120

36.356.692

23.887.648

5.613.024

-31,44%

24.

Pengolahan Rotan Olahan

12.052.041

10.807.733

10.291.678

5.513.924

-21,30%

25.

Makanan Ternak

1.287.585

1.288.449

1.058.991

2.400.876

18,21%

26.

Pengolahan Tetes

7.357.687

4.227.071

2.337.742

2.400.516

-32,65%

27.

Minyak Atsiri

652.247

614.819

879.118

1.935.092

43,62%

28.

Kosmetika

1.350.908

2.209.237

2.181.828

686.084

-18,50%

29.

Kamera dan Alat-alat Optis

320.834

2.533.589

229.771

387.952

-16,73%

30.

Pengolahan Hasil Hutan Ikutan

14

4.462

0

434

-90,40%

31.

Komoditi lainnya

19.521.015

14.118.250

10.520.113

15.218.298

-9,89%

 

TOTAL

3.270.893.076

2.892.612.593

3.631.285.770

2.924.812.829

-1,07%

 

Sumber: Kemenperin

http://www.kemenperin.go.id/statistik/kelompok.php?n=311&ekspor=1

 

*) Pengamat Ekonomi IndoSterling Capital

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement