Ahad 05 Mar 2017 12:59 WIB

Selfie, Penguak Perilaku: Alamaaak Pemimpin dan Rakyat Negriku!

Presiden Joko Widodo (kanan), Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al-Saud (kedua kanan), mantan Presiden Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Menko PMK Puan Maharani (kedua kiri) melakukan swafoto (wefie) di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/3).
Foto:
Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubenur DKI melakukan selfie di sela tes kesehatan, Sabtu (24/9).

Pertama, apa yang mustahil di negeri lain, terjadi di negeri ini. Saya belum pernah lihat pejabat negeri lain berselfie saat acara kenegaraan. Di kita, na’udzubillah mindzalik. Terpikir ga sih, apa yang ada di benak Raja Salman dan komentar mereka yang jadi tamu negara?

Kedua ini acara kenegaraan. “SOP terketat di dunia” ada di acara kenegaraan begini. Foto jelas hal utama. Pejabat selfie, dia tak paham 3G (good goverment governance). Rakyat tak tahu 3G lumrah. Saat pejabat negeri tak paham, alamaaak...

Ketiga, tata protokuler diterabas. Tak sadar, orang di sekitar istana diberi bahan ghibah. Agaknya selfie kini jadi bagian tak terpisah dalam gedung negara. Jangan-jangan ketika rapat kabinet penuh dengan selfie yang menyita waktu.

Keepat, secara pribadi, berselfie itu perlihatkan kualitas orangnya. Setidaknya dalam etika dan sopan santun. Pantas saja mengelola pemerintahan dengan wajah merah, mata melotot, dan kata makian tak lagi mengusik pembesar negeri. 

Kelima, secara kebangsaan, “tak ada lagi rasa malu”. Sumpah, malu saya jadi orang Indonesia. Lha pimpinannya saja begitu. Apalagi saya yang rakyatnya. Indonesia ini negara besar. Tapi bagi Singapura, jangan-jangan lagi “Indonesia dianggap buih saja."

Yang lelaki sontoloyo. Yang perempuan sintiliyi. Yang LGBT soantoaloayoa. Yang pegawai, senteleye. Yang swasta suntuluyu.

Keema, bolehkah dibilang selfie itu puncak pencitraan? Jika boleh, citra itu kan cuma topeng. Sandiwara. Yang saya khawatirkan, ini kerja sandiwara. Kerja tak tampak, sulitkan media pendukung sibuk bermanuver dari “satu citra ke citra berikut”.

Ketujuh, saya berharap bisa ada penjelasan kerja sama apa yang bisa buat sejahtera rakyat. Eh koq malah video yang saya tonton bicara soal makan.

Jika pemimpin ingin tahu perilakunya, tanya office boy (OB), supir, penjaga kebun atau orang dapur. Jika pemimpin ingin tahu kecerdasannya, tanya manajer atau para menterinya. Jika pemimpin ingin tahu pekerjaannya, lihat apa yang diwariskan.

Selfie dan video terlanjur terwarisi. Bagaimanapun yang mewarisi adalah pemimpin saya. Meski sumbernya berasal dari Reuter, saya anggap semua itu hoax. Kemarin, kini, dan esok 240 juta rakyat Indonesia terus menunggu dengan harap-harap cemas.

Maka, “Ayo, Pemimpinku. Bangkitlah Berbenah. Lupakan selfie dan pencitraan!"

*Erie Sudewo, Pendiri Dompet Duafa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement