Sabtu 04 Mar 2017 17:49 WIB

Pengamat: Indonesia Harus Jaga Stabilitas Politik dan Keamanan Nasional

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Angga Indrawan
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dalam pertemuan empat mata di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).
Foto: ANTARA
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dalam pertemuan empat mata di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Ali Munhanif berharap Indonesia dapat menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam negeri. Hal tersebut menyikapi kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud ke Indonesia.

"Setelah kunjungan ini yakni menjaga stabilitas politik dan kemanan dalam negeri," kata dia dalam diskusi 'Investasi dari Lawatan King Size' di Jakarta, Sabtu (4/3).

Setiap tahun, ia mengatakan, Indonesia akan dihadapkan dengan pesta demokrasi. Agama menjadi isu yang paling mudah dimobilisiasi untuk memicu konflik. Sehingga, ia berharap rakyat Indonesia dapat menjaga stabilitas politik.

"Agama juga mempunyai potensi untuk mengganggu stabilitas politik dan nasional," ujar dia.

Ali menganggap, banyak hal yang dapat dipetik dari kunjungan Raja Salman. Menurutnya, terlepas dari perbedaan kultural, sistem pemerintahan dan pemahaman mempraktikkan agama, tetapi kedua negara punya misi agenda yang sama tentang pentingnya memperkenalkan Islam yang moderat, moderen, mendorong  partisipasi publik dalam pengambilan kebijakan.

Ia menyebut, kedua negara mempunyai pekerjaan rumah ihwal bagaimana menggambarkan Islam sebagai agama yang punya nilai demokrasi. Sehingga, ia meyakini perjanjian kerja sama dengan Arab Saudi menyentuh sejumlah aspek yang penting.

Ali mencontohkan, di bidang keagamaan dan pendidikan, kedua negara dapat mendorong angka partisipasi pendidikan masyarakat semakin meningkat. Namun, yang paling penting. yakni keamanan dan keagamanan.

Ali mengingatkan, masalah terorisme tetap menjadi ancaman bagi semua negara. Karena di dunia Islam, tak banyak negara yang secara tuntas menyelesaikan permasalahan tentang kemauan untuk mengakui perbedaan dari level konstitusi hingga institusi sosial.

"Jarang sekali menemui sebuah negara yang berhasil selesaikan masalah perbedaan ini secara tuntas," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement