Jumat 03 Mar 2017 17:42 WIB

Lobi-Lobi Parpol di Putaran Kedua Pilgub DKI Diharapkan tak Rugikan Rakyat

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Ketua KPUD DKI Jakarta Sumarno menunjukan surat suara pilgub DKI Jakarta 2017 di sela press conference debat pasalon gubernur dan wakil gubernur di Jakarta, Rabu (11/1)
Foto: Republika/Prayogi
Ketua KPUD DKI Jakarta Sumarno menunjukan surat suara pilgub DKI Jakarta 2017 di sela press conference debat pasalon gubernur dan wakil gubernur di Jakarta, Rabu (11/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik LIPI Siti Zuhro menilai, ada tiga opsi yang bisa diambil parpol eks pendukung Agus-Sylvi dalam putaran kedua pilgub DKI. Pertama, kata dia, empat parpol bisa bergabung dan mendukung calon yang ada. Karena kalau tidak, lantas apa yang akan dilakukan parpol dalam pilkada.

Menurut dia, tak mungkin parpol akan menyaksikan saja pilgub DKI. Masalahnya, bisa saja masa penjajakan atau lobi-lobi ternyata tak mudah, dan nampaknya lobinya juga belum usai. ''Masyarakat Jakarta tentunya berharap lobi-lobi tak menciptakan atau didominasi nuansa politik transaksional yang ujung-ujungnya merugikan dan mengabaikan rakyat. Karena koalisi yang terbangun untuk kepentingan jangka pendek,'' kata Zuhro, saat dihubungi, Jumat (3/3).

Kedua, lanjut dia, kekecewaan parpol-parpol terhadap calonnya yang kalah membuat mereka dilematis. Apalagi, kondisi politik saat ini yang penuh kontradiksi membuat keputusan partai tak mudah.

Terakhir, Zuhro menuturkan, parpol cenderung wait and see sebelum menentukan bergabung dan mendukung calon. ''Selain pertimbangan politik, apakah calon yang didukungnya menang atau kalah, parpol juga berhitung dampak-dampak strategis elektabilitasnya nanti dalam pemilu 2019,'' jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement