REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kepedudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan angka kelahiran rata-rata (total fertility rate/TFR) pasangan suami istri masih 2,6 dan belum memenuhi target 2,1 yang ditetapkan 2015 laku. Untuk itu BKKBN gencar menggalakkan program keluarga berencana (KB) untuk mencapai target 2,1 pada 2025.
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mengakui, perkembangan kelahiran TFR setiap pasangan suami istri masih belum memenuhi target. Apalagi, kata dia, pandangan masyarakat terhadap program keluarga berencana (KB) twrus melemah sejak era reformasi.
"Kalau (melihat) hasil survei demografi kesehatan 2012 lalu, jumlah kelahiran ini menetap, tidak meningkat dari target karena kami ingin mengurangi angka kelahiran total menjadi 2,1. Tetapi kami kan masih berupaya," katanya kepada Republika, di Bengkulu, Rabu (1/3).
Apalagi, kata dia, hasil survei demografi kesehatan Indonesia pada 2017 belum ada. Sebagai bentuk keseriusan, BKKBN berupaya memenuhi permintaan presiden Indonesia Joko Widodo yang jngin program-program KB digaungkan kembali. Presiden juga meminta BKKBN merevitalisasi program KB, salah satunya kampung KB.
Tahun ini, pihaknya kini tengah membentuk kampung KB di setiap kecamatan. Selain kampung KB, pihaknya juga tengah gencar mempromosikan kontrasepsi setelah persalinan. Menurutnya, upaya ini sesuai dengan nawacita yang ketiga yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dan pedesaan.
"Kemudian kita menyukseakan nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia," katanya.
Upaya ini juga sesuai dengan nawacita kedelapan melakukan revolusi karakter bangsa.
Pihaknya optimistis target TFR 2,1 kelahiran yang kemudian diundur pada 2025 dapat tercapai. Untuk semakin menyukseakan program KB, pihaknya juga mengajak komponen masyarakat untuk bicara tentang program KB. Selain itu BKKBN mengajak media untuk ikt berpartisipasi.