REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Fahri Hamzah mengatakan, tidak ada yang memungkiri hubungan antara Indonesia dengan kerajaan Arab Saudi. Bahkan, kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Azis ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI beserta rombongan, dapat mempererat hubungan antara Indonesia-Arab Saudi yang semakin produktif di masa depan.
Menurut Fahri, pada 47 tahun lalu, Raja Faisal bin Abdulazis As Saud menyampaikan pidato di depan sejumlah tamu yang hadir: "siapa yang mengingkari hubungan ini antara Saudi dan Indonesia seperti mengingkari matahari di siang bolong". "Saya kira itu kalimat yang luar biasa. Ini juga akan menjadi kunjungan bersejarah,” ujar Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), setelah melakukan pengecekan kesiapan kedatangan Raja Salman di Loby Nusantara, Gedung DPR, Selasa, (28/02/).
Maka dari itu, Fahri Hamzah mengapresiasi pemerintah Indonesia yang sudah memfasilitasi kerja sama dengan Arab Saudi dengan ditandatangani memorandum of understanding ( MoU) antara Kementerian Luar Negeri, Kedubes Indonesia, dan Kedubes Saudi Arabia. Fahri juga tidak setuju apabila kedatangan Raja Salman disebakan roda perekonomian di Arab sedang goyang.
Bahkan sebaliknya, kata Fahri, Arab Saudi sangat kuat perekonomiannya dan tidak memungkinkan goyang. Hal itu karena, kata dia, per harinya di Arab Saudi memompa 12 juta barel, dan menjual belasan juta barel minyak.
Sebelumnya wakil ketua DPR RI lainnya Fadli Zon menganggap, kunjungan Raja Salman ke Indonesia sebagai sebuah peristiwa diplomatik penting bagi peningkatan hubungan kedua negara, baik secara politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan. Menurut dia, kunjungan Raja Salman membawa misi diplomasi ekonomi yang sangat positif bagi Indonesia.
“Kita tahu bahwa sejak 2016 Arab Saudi giat melakukan diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungannya terhadap sektor migas. Salah satunya yakni dengan aktif melakukan kerjasama investasi,” ujar Fadli di Jakarta, Selasa (28/2)
Dikatakan Fadli, di tengah hubungan yang kurang hangat dengan negara-negara barat, yang dipicu oleh kebijakan diskriminatif AS terhadap negara timur tengah, maka Asia menjadi pilihan destinasi utama bagi investasi Arab Saudi. Itulah mengapa Arab Saudi agresif melakukan pendekatan investasi ke Cina, Jepang, Malaysia, dan juga Indonesia. “Peluang ini harus kita tangkap untuk kepentingan nasional kita,” kata Politikus Gerindra. (