Rabu 01 Mar 2017 07:00 WIB

Kedatangan Raja Salman Miliki Ikatan Psikologis Bagi Umat Islam

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz
Foto: Reuters/Gary Cameron
Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menyedot perhatian publik. Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali mengatakan persiapan menyambut Raja Salman tidaklah salah. Tata krama menyambut tamu baik secara Islam maupun secara keindonesiaan sudah seharusnya demikian.

"Ikraam ad-dhuyuf (memuliakan tamu) bahkan menjadi bagian dari keimanan. Dan juga menjadi bagian integral dari karakter kemanusiaan orang-orang nusantara," ujarnya, Selasa (28/2) malam.

Apalagi, kata dia, yang akan datang adalah pemimpin negara yang di dalamnya ada kepentingan permanen umat Islam Indonesia. Yaitu rumah bagi Al-Kabah al-musyarrafah, kiblat umat Islam dunia, dan Al-Madinah al-Munawwarah, rumah kediaman abadi Rasulullah SAW. Kedua tempat ini adalah kota suci pertama dan kedua bagi umat.

"Dan karenanya, kedatangan Raja Saudi sebagai pelayan kedua kota suci itu memiliki ikatan psikologis yang khusus bagi umat Islam Indonesia," kata dia.

Ditambah lagi kunjungan ini bersejarah setelah sekian lama belum pernah ada pemimpin Saudi yang berkunjung ke Indonesia. Sebaliknya hampir semua pemimpin Indonesia sudah pernah berkunjung ke Saudi Arabia. Saling mengunjungi sejatinya memang simbolisasi dari saling menghargai.

Shamsi mengatakan yang terpenting adalah bahwa kunjungan ini adalah kunjungan seorang penguasa Muslim yang memiliki pengaruh di dunia Islam. "Selain karena memang bertitel khadimul haramaen (pelayan dua kota suci), juga karena Saudi memang kaya sebagai produsen minyak terbesar dunia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement