Ahad 26 Feb 2017 19:06 WIB

Raja Salman Datang, Saatnya Tagih Janji Santunan Korban Crane?

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud
Foto: EPA/STR
Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 1-9 Maret nanti. Rombongan yang dibawanya pun terhitung cukup besar yakni kurang lebih 1.500 orang yang di antaranya 10 menteri dan 25 pangeran.

Momen kunjungan Raja Saudi tersebut diharapkan masyarakat, khususnya para korban insiden jatuhnya alat crane di Masjidil Haram pada September 2015 lalu agar dimanfaatkan untuk menagih janji pemerintah Saudi. Sebab, tak sedikit jamaah haji asal Indonesia yang turut menjadi korban insiden crane itu.

Namun, menurut pengamat hubungan internasional Alex Jemadu, penagihan janji santunan terhadap korban kecelakaan crane sebaiknya tak dilakukan secara terbuka saat pertemuan antar dua pemimpin negara digelar nanti.  "Sebaiknya jangan ditagih secara terbuka," kata Alex saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (26/2).

Penagihan janji santunan, kata dia, dapat dilakukan secara informal. Saat itu, Raja Arab menjanjikan santunan sebesar satu juta riyal atau setara dengan Rp 3,8 miliar untuk korban meninggal, dan 500 ribu riyal untuk korban luka-luka.

"Harus ditanyakan secara informal, apakah janji itu masih ada. Saya sih berharap inikan yang datang Raja Saudi kita harus menghormati. Jangan diangkat secara terbuka," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah. Menurut dia, untuk mengingatkan janji santunan tak perlu dilakukan secara langsung oleh pemerintah sehingga Raja Saudi tak merasa tersinggung. Namun, dapat melalui diplomasi yang lebih santun, salah satunya yakni dengan menggandeng otoritas keagamaan masyarakat seperti mengajak para tokoh agama ataupun ulama.

"Perlu pendekatan dari otoritas keagamaan, nggak usah pemerintah, tapi pemerintah menyediakan suatu momen khusus pertemuan dengan masyarakat Muslim Indonesia. Nanti di situ dibicarakan secara harus dalam bahasa Arab. Kita prinsipnya nggak nagih, tapi mengingatkan," kata Teuku.

Baca juga: Ini Kepentingan Raja Salman ke Indonesia Menurut Pengamat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement