Ahad 26 Feb 2017 08:33 WIB

Pemerintah Diminta Bicarakan Dua Agenda Besar Ini dengan Raja Salman

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta
Foto: dok. istimewa
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI Sukamta menilai kunjungan Raja Arab Saudi, Salman, ke Indonesia bersama dengan 1.500 rombongan pada 1 Maret 2017 sangat positif. Terutama untuk menguatkan hubungan bilateral kedua negara.

"Kunjungan Raja Salman dengan membawa rombongan dalam jumlah besar ini sangat positif dan perlu dioptimalkan untuk menguatkan hubungan bilateral kedua negara,” ujar Sukamta, Sabtu (26/2).

Menurut Sukamta, setidaknya ada dua agenda besar yang dapat dibicarakan antara Indonesia dan Arab Saudi. Pertama, kunjungan Raja Salman ini harus mampu mendorong hubungan yang lebih erat antara Indonesia dengan Arab Saudi. Sehingga, dengan peningkatan hubungan bilateral ini diharapkan memiliki dampak peningkatan volume perdagangan dan investasi.

"Saya mendengar Arab Saudi bersiap investasi senilai Rp 300 triliun, ini jelas sangat baik bagi Indonesia. Penguatan hubungan bilateral ini juga bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mengusulkan solusi perlindungan TKI di Arab Saudi," kata Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Luar Negeri (BPPLN) DPP PKS ini.

Selain itu yang tentu diharapkan oleh umat Islam di Indonesia, adanya tambahan kuota haji.

"Saya berharap dalam pembicaraan yang dilakukan pemerintah RI bisa mendorong adanya kesepakatan atau MoU kedua belah pihak atas tiga hal tersebut dan ini akan sangat bermakna bagi Indonesia," ujar Sekretaris Fraksi PKS DPR RI ini.

Kedua, agenda yang tidak kalah strategis adalah menguatkan peran kedua negara dalam isu regional Asia, khususnya di kawasan dunia Islam. Sukamta memaparkan Indonesia merupakan negara berpenduduk Islam terbesar, sementara Arab Saudi dengan keberadaan Makkah dan Madinah sebagai Kota Suci umat Islam dihormati oleh negara-negara Islam.

Sehingga, Indonesia dan Arab Saudi dapat lebih memainkan memainkan peran strategis untuk mendorong upaya meredakan konflik dan ketegangan di negara-negara Islam.

Dia menyebut pembahasan soal hal tersebut akan sangat terkait dengan isu terorisme yang katanya akan dibahas oleh kedua negara. Selama konflik terus berjalan, akan menyuburkan tumbuhnya kelompok radikal seperti ISIS. Maka, kata dia, resolusi konflik perlu diwujudkan dan saya optimis kedua negara dapat memainkan peran ini dengan baik.

Menurut Sukamta, peran strategis kedua negara juga dapat dikembangkan untuk membangun masa depan dunia Islam yang mampu bersaing di tataran global. Selama ini pembicaraan di level regional sering didominasi pekerjaan rumah isu politik keamanan.

"Saya kira dunia Islam perlu punya agenda setting sendiri seperti penguatan kerja sama peningkatan sains dan teknologi, pengembangan industri, kerjasama sosial dan budaya. Ini akan lebih konstruktif membawa kemajuan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement