REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Ditjen Pemasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami mengungkap peredaran narkoba di dalam Lembaga Pemasyarakatan terjadi bukan hanya karena terbatasnya petugas pengawasan di Lapas. Narkoba hadir karena pangsa pasar cukup luas.
Sri menyebut, di dua bulan terakhir 2017 saja sudah berkali-kali upaya memasukan narkoba ke Lapas yang berhasil digagalkan. Ini tak lain karena warga binaan Lapas yang berasal dari kasus penggunaan narkoba yakni jumlahnya 37.428 orang hingga awal Februari.
"Harusnya dengan jumlah pengguna itu direhab ya, jangan di kita, agar pengguna tidak menjadi pengedar atau bandar, kita sembuhkan, direhab ke unit yang bisa tangani, jangan malah ke rutan," kata Sri kepada wartawan di Gedung Ditjen PAS, Jalan Veteran, Jakarta, Sabtu (25/2).
Ia pun mengatakan, hal itu juga yang membuat upaya masuknya narkoba terus terjadi ke dalam Lapas, meski telah dilakukan penindakan setiap terjadi pelanggaran.
Sri menyebutkan, dalam dua bulan terakhir saja sejumlah petugas lapas di berbagai daerah di antaranya Binjai yang berhasil menggagalkan satu paket ganja, dua paket sabu. Kemudian satu paket ganja lainnya yang dilemparkan dari luas lapas.
Tak hanya di Binjai, di Semarang juga petugas berhasil mendapatkan enam paket sabu yang didapat dari seorang warga binaan Lapas melalui bungkus rokok. Kemudian di Jambi, petugas berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu oleh pengunjung wanita pada Februari awal lalu.
"Kita terapkan zero tolerance terhadap setiap pelanggaran terkait narkoba," ungkap Sri.
Baca juga, Polisi Rokan Hulu Temukan Narkoba dalam Bus Sekolah.
Hal sama diungkapkan, Kalapas Kelas I Semarang, Taufikurrakhman yang mengungkap peredaran narkoba memang akan terus terjadi sampai kapan pun. Namun demikian, hal tersebut tidak kemudian mengendurkan upaya pencegahan narkoba ke Lapas.
"Bahwa upaya secara masif penyelundupan narkoba ke Lapas dan Rutan dari dulu sudah terjadi. Bahkan saya yakin terus akan terjadi, dari luar ke lapas," ujarnya.