Kamis 23 Feb 2017 19:58 WIB

GNPF Bantah Tudingan Aliran Dana ke Turki

Rep: Maspril Aries/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI Bachtiar Nasir (kanan) didampingi pengacaranya Kapitra Ampera (kiri) bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus, Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (10/2).
Foto: Antara/Reno Esnir
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI Bachtiar Nasir (kanan) didampingi pengacaranya Kapitra Ampera (kiri) bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus, Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengacara Bachtiar Nasir, Kapitra Ampera membantah perihal pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian perihal ditemukannya dugaan aliran dana ke Turki dari Bachtiar Nasir. Menurutnya dana itu bukan dari GNPF melainkan dari organisasi lain.

"Uang itu bukanlah uangnya Bachtiar Nasir, itu uang dari pengurus solidaritas untuk Syam Suriah," kata Kapitra melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis (23/2).

Ia menambahkan, menurut Bachtiar, uang tersebut bukan berjumlah Rp 1 miliar, melainkan, 4.600 dolar Amerika. Uang tersebut memang dicairkan oleh Islahudin Akbar yang saat ini menjadi tersangka dan dikenakan UU perbankkan.

Hanya saja, lanjut Kapitra, uang itu bukan atas kuasa Bachtiar Nasir melainkan Abu Kharis atau salah satu dari pengurus solidaritas untuk Syam. Uang itu juga bukan hasil dari sumbangan masyarakat buat aksi bela Islam, melainkan dana milik pribadi Abu Kharis.

"Abu Kharis mendapatkan dari bedah buku dia yang sudah dilakukan di masjid-masjid. Lebih kurang Rp 65 juta dikumpulkan (dari) hasil bedah buku itu," jelasnya.

Adapun transaksi tersebut, sambungnya terjadi pada Juni 2016 lalu. Sedangkan GNPF dibentuk pascaterjadinya kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Ia berujar pada Juni Ahok pun belum mengunjungi pulau Pramuka di Kepulauan Seribu. Ahok mengunjungi pulau Pramuka pada 27 September 2016. Selanjutnya aksi bela Islam terjadi  pada 4 November 2016 dan 2 Desember 2016.

Barulah pada saat menjelang aksi atau sekitar Oktober, GNPF mulai meminjam rekening yayasan keadilan untuk semua dan melakukan penggalangan sumbangan dari masyarakat.

"Jadi bagaimana mungkin GNPF belum lahir, uang belum ada, tiba-tiba (GNPF) nyumbang? Jadi ini missinformasi ya. Jadi engga benar itu kita menyumbang ke Turki apalagi ISIS, tidak ada," tegasnya.

Sebelumnya Tito menyerukan bahwa ada dugaan transfer sebesar Rp1 miliar dari ketua GNPF Bachtiar Nasir ke Turki. Bahkan temuan inipun kata Tito sempat diberitakan oleh media internasional yang menyebutkan adanya aliran dana ke kelompok Suriah.

Baca juga,  Turki Bantu Oposisi Suriah Tewaskan 68 Militan ISIS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement