Kamis 23 Feb 2017 16:39 WIB

Pengalaman Bekerja dengan Tiga Orang Presdir PT Freeport Indonesia

Freeport
Freeport

Oleh: Frans Maniagasi*

Saya hendak bercerita pengalaman pribadi saya tatkala bekerja di bawah kepimpinan tiga orang presiden direktur PT Freeport Indonesia. Ketiga orang presdir atau F1 masing-masing A Machribie, Armando Mahler (alm), dan Rozik Sutjipto.

Ketiga orang atau  F1 ini dengan latar belakang yangg berbeda tapi mereka sangat profesional, mengayomi serta sangat menjaga "kemitraan" dengan stakeholders terkait.

Pak Machribie adalah pimpinan yg sangat percaya kepada staf. Ciri utama dari Pak Adri panggilan akrabnya memberikan tugas dan tanggung jawab kepada bawahan dengan kepercayaan penuh. Yang penting bahwa tugas dan tanggung jawab serta kepercayaan yang diberikan itu mesti sukses sesuai dgn target yang pasti. Beliau didukung oleh tim kerja yg solid dari beberapa direktur. Seperti Armando Mahler dan kawan-kawan bertanggung jawab terhadap kegiatan operasi tambang di Grasberg hingga underground beserta para wakil presdir dan pasukannya yang saya sebut 'tikus tanah'.

Tikus tanah ini adalah ujung tombak yg selalu bergantian jam bekerja di underground mengeksplorasi bebatuan di dasar bumi. Mereka itu para sarjana geologi dan tambang putra putra asli Indonesia lulusan PT di dalam negeri mau pun luar.

Di eksternal relation tatkala bicara tentang Pak Machribie maka tak bisa dilepas dari nama Prihadi Santoso (Pak Pri). Pak Pri adalah seorang lobbies yang tidak pernah menyerah dalam membangun komunikasi dengan mitra strategis perusahaan. Mulai dari masyarakat adat LEMASA (Lembaga Masyarakat Adat Ammungme) dan LEMASKO (Lembaga Masyarakat Komoro), Pemda Papua, DPRP, MRP, Pangdam, Kapolda, hingga ke Pemerintah Pusat, DPR RI, MABES, perguruan tinggi, dan LSM. Bahkan dengan kelompok-kelompok aktivis mahasiswa dan pemuda.

Selain Prihadi Santoso -Sinta Sirait (SS)- perempuan satu ini sangat disiplin dalam mengatur dan memanajemen urusan-urusan sumber daya manusia dan komunikasi eksternal lewat corporate communication sangat kritis dan terkadang tidak kompormistis dengan staf kalau salah dalam melaksanakan perintah dan petunjuk pimpinan.

SS biasa namanya disingkat orang yang telaten dalam membgn komunikasi dgn mitra. Prihadi dan SS kayaknya dua figur utama yang menjadi destroyer dalam pendekatan dan lobbies dari pimpinan kepada mitra-mitra Freeport Indonesia. Tim ini berlanjut hingga era Armando Mahler menjadi FI 1 menggantikan Machrigibie.

Armando adalah seorang geologis -tukang batu- kariernya dimulai dari bawah di Freeport. Saya menyebut beliau insinyur tukang batu -artinya seorang geologis yang tahu betul setiap batu dan kandungan mineral yg ada di Grasberg. Karena seorg insinyur geologis maka beliau juga seorang yang pragmatis hampir mirip dengan Machribie memberikan tanggung jawab kepda bawahan, namun tetap terkontrol dan baik Armando maupun Machribie adalah orang-orang yang humoris suka berkelakar yang sehat membuat lelucon sebagai selingan untuk suasana cair agar tidak tegang dalam rapat dengan karyawan.

Satu hal yang menjadi kelebihan dari dua orang FI -satu ini adalah diadakan semacam "tim crisis center"- diperusahaan- apabila perusahaan sedang dihadapkan pada permasalahan yg cukup pelik. Crisis center ini terdiri dari departemen teknis operation dan eksternal dlm menganalisis mengapa muncul permasalahan dan bagaimana langkah-langkah solusi yang mesti dilakukan termasuk pendekatan, komunikasi dan lobi yang dimainkan dengan para pemangku kepentingan dan penanggung jawab baik dari Tembagapura/Timika - Jayapura - Jakarta.

Setelah Armando diganti Rozik Sutjipto dengan latar belakang birokrat tulen dan pernah menjadi menteri di era presiden Gus Dur -suasana kerja tidak banyak mengalami perubahan hanya memang personaliti banyak yang sudah diganti bersamaan dengan perubahaan kebijakan dari Mac Moran. Namun, Pal Rozik adalah seorang Bapak -sifat kebapakan yg mengayomi- perilaku dan sikap kebapakan dari Pak Roxik turut memengaruhi relasi kemitraan dengan pihak pemerintah dan DPR RI yang cool.

Ada semacam benang merah yang diwariskan oleh ketiga orang FI 1 adalah merawat dan memanajemen hubungan kemitraan yg harmonis sehingga kepentingan Freeport dapat terakomodasi secara profesional dan proposional. Dalam setiap wejangan dari ketiga orang pimpinanan ini adalah menjaga relasi yang harmonis baik dari pimpinan level atas hingga karyawan di bawah tak boleh konfrontatif tapi kompromistis, rasional, realistis, dan low profile.

Demikian sedikit cuplikan pengalaman pribadi saya selama bekerja di Freeport di bawah kepemimpinan tiga orang presiden direktur PTFI. Mungkin cuplikan ini ada subjektivitas saya, namun itulah yang saya alami dan rasakan selama itu.

*Frans Manigasi, Pengamat Papua

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement