Rabu 22 Feb 2017 20:20 WIB

BNPB: Puncak Bencana Hidrometeorologi Diprediksi Terjadi Maret

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyampaikan bencana banjir yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, merupakan bencana Hidrometeorologi. Informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan tahun akan berlangsung hingga Maret.

Sedangkan pada April, BMKG memperkirakan Indonesia akan mulai masuk masa peralihan ke musim kemarau. Willem mengatakan ada perubahan musim penghujan untuk tahun ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya enam bulan musim penghujan dan enam bulan musim kemarau.

"Tapi sekarang empat bulan musim penghujan dan delapan bulan musim kemarau," ujarnya saat konferensi pers kepada wartawan di Graha BNPB, Rabu (22/2).

Apa yang terjadi dengan perubahan itu, volume hujannya sama tapi sekarang bukan untuk enam bulan tetapi empat bulan. Sehingga dari empat bulan musim penghujan itulah, menurutnya membuat cuaca semakin ekstrem justru sering terjadi.

"Hal inilah yang membuat bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan banjir bandang seperti yang terjadi di Garut, Bima dan Jakarta kemarin," jelasnya.

Data Badan Informasi dan Geospasial (BIG) menunjukkan ada 315 Kabupaten Kota yang ada di daerah bahaya sedang dan tinggi bencana banjir. Dan penduduk yang terancam bencana banjir ini berjumlah 63,7 juta jiwa. Sedangkan longsor ada 216 Kabupaten kota dan penduduk yang terancam 40,3 juta jiwa.

"Data dari BIG 92 persen bencana adalah bencana hidrometeorologi. Dalam lima tahun terakhir bencana hidrometeorologi ini telah menciptakan kerugian kurang lebih Rp 30 triliun," ujarnya.

Bencana hidrometeorologi ini semakin parah ketika laju degradasi lingkungan tidak berbanding lurus dengan rehabilitasinya. Termasuk ini juga diperparah ketika budaya sadar lingkungan oleh masyarakat yang sangat rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement