REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur mengeluhkan soal serbuan eceng gondok ke Waduk Jatiluhur. Eceng gondok tersebut, disinyalir sengaja dibuang oleh pengelola Waduk Cirata yang lokasinya berada di hulu Jatiluhur. Pasalnya, setiap hari sudah dibersihkan, keesokan harinya eceng gondok itu datang lagi.
Direktur Utama PTJ II Jatiluhur, Djoko Saputro, mengatakan, dalam kesempatan itu, Direktur Utama PJT II Jatiluhur, Djoko Saputro, sejak musim penghujan Waduk Jatiluhur kerap kali menerima kiriman eceng gondok. Kumpulan eceng gondok itu, selalu ada. Padahal, setiap harinya selalu dibersihkan petugas.
"Kami khawatir, tanaman air itu akan masuk ke morning glory lalu mengganggu aktivitas turbin," ujar Djoko, kepada Repulika.co.id, Selasa (21/2).
Menurut Djoko, tumbuhan air dengan nama latin Eichornia crassipes itu diyakini merupakan kiriman dari bendungan besar di wilayah hulu. Yakni, Waduk Cirata. Sebab, setiap harinya selalu ada.
Djoko mengakui, sebenarnya eceng gondok ini bagus untuk membantu menjernihkan air serta menambah oksigen dalam air. Akan tetapi, bila dibiarkan populasinya sulit terkontrol. Jika sudah begitu, maka estetikanya menjadi buruk. Karena itu, selama musim penghujan ini jajarannya disibukan dengan pembersihan tanaman jenis gulma ini.
Djoko mengatakan bila tanaman itu terbawa sampai turbin maka akan langsung terbuang ke Citarum melalui pintu pembuang. Dengan begitu, Citarum akan dipenuhi oleh tanaman tersebut. Biasanya, bila populasi di Citarumnya sangat banyak, eceng gondok itu akan tersangkut di Bendung Curug dan Bendung Walahar. "Makanya, kami laporkan kondisi serbuan eceng gondok ini ke bupati. Supaya ada solusi," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, pihaknya meminta supaya pengelola pembangkit Jawa-Bali (PJB) Cirata tidak sembarangan membuang tumbuhan air tersebut. Apalagi, membuangnya ke wilayah hilir Citarum.
Karena saat ini Pemkab tekah berkomitmen, Jatiluhur itu akan menjadi kawasan bersih (clean area). "Jangankan eceng gondok, KJA saja terus kita bersihkan," ujar Dedi.
Dedi berharap, perusahaan BUMN ini tetap konsisten untuk terus menjaga kelestarian alam di sekitaran Waduk Ir Djuanda (Jatiluhur). Salah satunya, bisa dengan menjadikan daerah sepanjang aliran sungai (DAS) Citarum menjadi hutan konservasi.
Mengingat, saat ini kerusakan lingkungan, khususnya daerah sekitar sungai sudah sangat parah. Dengan begitu, maka harus segera dilakukan penataan kembali. Sebab, bila dibiarkan akan berdampak negatif bagi masyarakat.