Ahad 19 Feb 2017 19:35 WIB

Pengamat: Kim Jong-nam Korban Pembunuhan Berencana

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Winda Destiana Putri
Saudara seayah Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam.
Foto: Foto AP / Shizuo Kambayashi
Saudara seayah Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyidikan dan pengadilan yang adil diharapkan bisa menyingkap kabut siapa dalang di balik pembunuhan Kim Jong Nam. Pasalnya sejauh ini masih sangat spekulatif apakah sosok Siti Aisyah adalah agen Korea Utara (Korut) yang direkrut, agen produk rekrutan dari negara musuh Korut, atau hanyak sosok yang sial menjadi korban dari agenda tersebut.

Pengamat intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, Kim Jong Nam telah menjadi korban pembunuhan yang direncanakan secara matang. "Sangat ganjil jika di balik alibi acara reality show kasus ini adalah kecelakaan atau sebuah kebetulan. Aksi di ruang publik dengan jumlah orang yang banyak tapi kemudian target fokusnya adalah sosok orang yang termasuk VVIP," ujarnya, Ahad (19/2).

Tabiatnya, kata dia, reality show dengan konsep candaan tersebut adalah random (acak) dan kecil sekali probabilitasnya Kim Jong Nam menjadi target di tengah ramainya orang. Alhasil, Harits pun yakin peristiwa tersebut adalah pembunuhan yang direncanakan.

Apakah Siti Aisyah adalah agen murni hasil rekrutan untuk menjadi eksekutor lapangan atau tidak, Harist menduga dia kebetulan saja menjadi orang yang 'terpilih' leh si master mind. "Mungkin saat spoting, sang master mind ketemu dengan sosok Siti Aisyah yang lugu dan maaf, tidak paham, sehingga dengan uang 100 dolar AS Siti pun mau di suruh apapun," kata dia.

Jadi, menurut Harits, dari sudut ini Siti juga adalah korban. Pasalnya acara reality show tentu ada kru lainnya termasuk kameramen dan alat pendukung lainnya. Tentu, kata dia, ini akan memudahkan menjejak dan mengurai siapa master mind sesungguhnya.

Harits menyebut bisa saja faktor konflik politik di lingkaran kekuasaan Korut menjadi latar belakang terbunuhnya Kim Jong Nam atau operasi intelijen negara musuh Korut dengan motif mendiskriditkan penguasa Korut dan kepentingan politik lainnya yang lebih besar. "Jadi kesimpulan saya, dari beberapa rekam jejaknya Siti Aisyah jauh dari sosok seorang agen Korut," ujarnya.

Termasuk kemungkinan belum banyaknya agen Korut di Indonesia karena secara politikpun Indonesia tidak terlalu banyak 'urusan' dengan Korut. Orang Korut yang masuk ke Indonesia biasa melewati cliring house (CH) terlebih dahulu sehingga cukup selektif dan ketat untuk monitoring mereka. Berbeda dengan Cina dan Taiwan di mana agen kedua negara tersebut terindikasi banyak yang ada di sini untuk melakukan operasi. Semoga pemerintah Indonesia bisa mengadvokasi secara maksimal nasib Siti Aisyah di Malaysia dan ini juga menjadi pelajaran penting bagi WNI yang mengais dolar dinegara asing agar waspada dan tidak mudah terjebak pada kasus yang serupa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement