Sabtu 18 Feb 2017 22:40 WIB

Pemerintah Kejar Kuantitas dan Kualitas Wisman

Sejumlah wisatawan asing menikmati kopi gratis saat menghadiri Festival Ngopi Sepuluhewu (Sepuluh ribu Kopi) di Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (5/11).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Sejumlah wisatawan asing menikmati kopi gratis saat menghadiri Festival Ngopi Sepuluhewu (Sepuluh ribu Kopi) di Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah menegaskan target kedatangan wisatawan mancanegara tidak hanya pada kuantitas tapi juga kualitas. Dua tolok ukur tersebut memiliki prioritas yang sama sehingga tidak perlu didikotomikan.

Hal tersebut diutarakan Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana dalam Mini Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Hotel Ibis Harmoni, Jakarta, Jumat.

"Kedua-duanya penting. Dan antara kuantitas dan kualias (wisman) jangan didikotomikan," kata I Gde Pitana.

Di sisi kualitas wisman misalnya dapat diukur dari berbagai indikator. Di antaranya dari sisi dampak pariwisata terhadap kesejahteraan, penurunan tingkat pengangguran, gini ratio atau tingkat kesenjangan, tingkat belanja wisman, hingga lama tinggal wisman.

Saat ini, beberapa fakta menunjukkan di sejumlah daerah tujuan wisata, misalnya, Bali terbukti tingkat kesejahteraan masyarakatnya lebih tinggi.

"Tingkat kesejahteraan, pengangguran, hingga tingkat gini ratio di daerah pariwisata misalnya di Bali lebih baik dari rata-rata nasional," katanya.

Di daerah tujuan wisata juga budaya dan tradisi justru terjaga dengan baik. Ia tidak menampik masih terjadinya kebocoran sektor pariwisata hingga mencapai 40 persen namun Pitana sekaligus mempertanyakan sektor-sektor lain yang juga mengalami kebocoran serupa bahkan lebih tinggi.

"Kebocoran pariwisata sampai 40 persen karena banyaknya maskapai, travel, restoran, dan lain-lain milik asing yang eksis. Tapi sektor mana yang tidak bocor?," kata dia.

Pitana mengakui masih ada dampak negatif pariwisata yang timbul di antaranya dari sisi budaya dan lingkungan yang perlu perbaikan.

Menurut dia, target kuantitas wisman yang ditetapkan 20 juta orang pada 2019 merupakan salah satu dari berbagai target besar di sektor pariwisata.

"Ada target-target lain yang lebih besar misalnya dari sisi devisa hingga sisi penyerapan tenaga kerja yang diharapkan mampu menampung 13 juta tenaga kerja pada 2019, juga peningkatan PDB dari 4 persen menjadi 8 persen," kata Pitana.

Pihaknya akan semakin gencar mengembangkan promosi pariwisata hingga membranding Wonderful Indonesia untuk citra pariwisata Indonesia yang semakin baik di mata dunia sehingga mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat di Indonesia secara lebih merata.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement