Jumat 17 Feb 2017 08:26 WIB

Djarot: Banjir Kiriman dari Bogor, Normalisasi Ciliwung Harus Lanjut

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nur Aini
 Sejumlah karyawan berjaga saat banjir menggenagi sekolah SMA Negeri 8 , Bukit Duri, Jakarta, Kamis (16/2).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah karyawan berjaga saat banjir menggenagi sekolah SMA Negeri 8 , Bukit Duri, Jakarta, Kamis (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengatakan banjir yang menggenangi sebagian wilayah Jakarta sejak Rabu (15/2) disebabkan oleh banjir kiriman dari Bogor. Oleh karena itu, kata Djarot, normalisasi Kali Ciliwung masih harus terus dilanjutkan.

"Sebagian banyak kiriman. Terus terang saja itu kan belum tuntas untuk pasang sheet pilenya belum tuntas. Itu ada beberapa titik kita fokus ya," ujar Djarot di Gedung Balaikota, Jakarta Pusat, Kamis (16/2).

Langkah konkretnya, kata Djarot, adalah normalisasi dan sheet pile. "Kalau itu lancar pasti berkurang. Sekarang saja sudah berkurang banyak," kata Djarot.

Salah satu tempat yang tergenang banjir pada Kamis adalah di SMA 8 Jakarta. Akibatnya, sekolah unggulan di Jakarta itu terpaksa diliburkan. "Saya sudah cek ke sana,itu kiriman dari Ciliwung Katulampa, luar biasa sehingga melimpah ke SMA 8. Insyaallah Sekarang sudah mulai surut," ucap Djarot.

Mantan Wali Kota Blitar itu pun meminta setiap warga dan petugas agar harus tetap waspada. "Makanya kemarin aku keliling untuk  kasih instruksi kepada mereka untuk tetap waspada. Termasuk yang di SMA 8 saya bilang tetap waspada kepada pak wali kota, untuk dinas tata air juga harus waspada betul untuk siapin pompa-pompa, saluran-saluran dicek betul. Tadi memang laporannya dari sumber daya air kiriman dari Katulampa luar biasa," kata Djarot.

Oleh karena itu, dia bersikukuh normalisasi Sungai Ciliwung menjadi solusi mengatasi banjir baik yang disebabkan oleh hujan atau banjir kiriman. Bahkan, bukti dari normalisasi, kata Djarot, sudah tampak di beberapa wilayah.

"Sekarang kita lihat banjirnya kan di daerah-daerah itu saja, yang hilir juga mulai tidak ada. Hilir kan di Jakut dan Jabar. Nah sekarang malah di Jaktim dan Jaksel. Makanya sekarang kita fokus di Jaksel dan Jaktim," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement