Kamis 16 Feb 2017 17:30 WIB

Tiga Sungai Meluap, Jalur Utama Pantura Cirebon Terendam

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
 Kemacetan kendaraan akibat terhalang banjir di ruas jalan Pantura,  Kabupaten Cirebon (Ilustrasi)
Foto: Septianjar Muharam
Kemacetan kendaraan akibat terhalang banjir di ruas jalan Pantura, Kabupaten Cirebon (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON – Banjir menerjang ribuan rumah warga di tujuh kecamatan serta jalur utama pantura di Kabupaten Cirebon, Rabu (15/2) sore hingga Kamis (16/2). Bahkan, jalur utama transportasi di Pantura Cirebon pun terendam. Hal itu menyusul hujan lebat yang menyebabkan meluapnya sejumlah sungai.

 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Sudarna, melalui Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman menyebutkan, tujuh kecamatan yang terdampak banjir, yakni Kecamatan Astanajapura, Greged, Losari, Susukanlebak, Pabedilan, Pangenan dan Gebang. Ketujuh kecamatan itu terletak di wilayah timur Kabupaten Cirebon. "Air mulai menggenang (Rabu) kemarin sekitar pukul 16.00 WIB," kata Eman.

 

Berdasarkan informasi, ketinggian banjir bervariasi. Bahkan, di sejumlah titik lokasi, ketinggian banjir pada Rabu (15/2) malam ada yang mencapai hingga 2,5 meter. Eman mengungkapkan, ratusan warga pun sempat dievakuasi pada Rabu (15/2) malam. Mereka dievakuasi ke masjid maupun tempat lain yang dianggap aman.

 

Eman menjelaskan, banjir terjadi akibat tingginya intensitas hujan yang terjadi di wilayah Kuningan yang merupakan hulu sejumlah sungai di Cirebon. Di antaranya, Sungai Cisanggarung, Cimanis dan Ciputih. "Untuk daerah yang dekat dengan laut, banjir diperparah dengan rob laut," ucap Eman.

 

Tak hanya menggenangi pemukiman, banjir juga merendam jalur utama pantura Cirebon. Pihak kepolisian pun memberlakukan contra flow agar arus kendaraan tetap dapat berjalan. "Contra flow kami berlakukan sejak tadi malam karena ketinggian air (di jalur pantura) mencapai 50 centimeter," kata Waka Polres Cirebon, Kompol Bonifacius Surano, Kamis (16/2).

 

Boni menyatakan, genangan air itu menyebabkan kendaraan tidak bisa melintas, terutama yang melaju dari arah timur ke barat. Karena itu, contra flow terpaksa dilakukan sepanjang dua kilometer, mulai dari wilayah Pangarengan hingga Pangenan, Kabupaten Cirebon.

 

Boni menjelaskan, dengan dilakukannya contra flow, maka jalur dari arah barat ke timur hanya berfungsi satu lajur. Sedangkan satu lajur laginya digunakan untuk kendaraan dari arah timur ke barat.

 

Pada Kamis (16/2) siang, kata Boni, ketinggian air di jalur pantura Cirebon hanya tinggal 20 centimeter. Kendaraan besar dan kecil pun sudah bisa melintas pada Kamis (16/2) sekitar pukul 07.00 WIB. Meski telah kembali lancar, namun para pengguna kendaraan memperlambat laju kendaraannya akibat genangan air yang masih tersisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement