Selasa 14 Feb 2017 12:51 WIB

Perbankan Jabar Diminta Lebih Intens Sosialisasikan Keuangan Syariah

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indeks Inklusi keuangan syariah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016, sudah mencapai 21,56 persen, atau tertinggi ketiga nasional setelah Aceh dan Maluku Utara. Sementara untuk indeks literasi keuangan syariah di Jawa Barat baru mencapai 7,79 persen.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar berharap perbankan di Jabar dapat mendorong masyarakat untuk lebih besar terlibat dalam keuangan syariah.

"Saya berharap kepada para pelaku usaha Jasa Keuangan Syariah, untuk terus berupaya melakukan edukasi yang benar dan transparan kepada masyarakat atau calon nasabah," kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar di Bandung berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (14/2).

Menurut Deddy, edukasi tersebut meliputi, karakteristik produk dan layanan jasa keuangan yang tersedia, mulai dari fitur, manfaat, resiko, cara memperoleh, hak, kewajiban, hingga biaya serta denda yang mungkin timbul. Sehingga masyarakat akan lebih berminat.

Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) yang diselenggarakan oleh OJK pada tahun 2013, menyebutkan bahwa tingkat inklusi keuangan masyarakat di Indonesia masih berada pada angka 59,74 persen dan 57,28 persen dari penggunaan produk dan/ atau layanan jasa keuangan tersebut masih didominasi oleh pengguna produk sektor perbankan.

Hal tersebut menunjukan bahwa keberagaman penggunaan produk keuangan di masyarakat Indonesia masih belum merata di setiap sektor jasa keuangan. Selain itu, berdasarkan hasil survei yang sama, persentase masyarakat yang berada di kelompok "well literatur" hanya sebesar 21,84 persen, sehingga dapat dikatakan mayoritas masyarakat cenderung masih kurang memahami konsep keuangan dan tidak memiliki pengetahuan untuk membuat keputusan keuangan.

Oleh karena itu Deddy mengimbau para pelaku usaha jasa keuangan syariah untuk menciptakan produk dan jasa keuangan yang inovatif. Tentunya yang menarik, mudah diakses dan berbiaya murah.

"Terutama untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, kaum perempuan, pegawai berpenghasilan rendah, pelaku usaha mikro dan usaha kecil, juga petani dan nelayan di pedesaan dan pesisir, sehingga dapat mendongeng indeks inklusi dan indeks literasi keuangan syariah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement