Senin 13 Feb 2017 08:45 WIB

Kasus DBD di Sleman Bertambah

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Aedes Aegypti
Foto: EPA/Jeffrey Arguedas
Aedes Aegypti

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus deman berdarah dengue (DBD) di Sleman terus bertambah. Pada Januari lalu jumlahnya mencapai 31 kasus, kemudian hingga pertengahan Februari ini menjadi 60 kasus. 

Kepala Dinkes Sleman, Nurulhayah menuturkan, kondisi ini salah satunya dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Sehingga genangan air tempat nyamuk aedes aegepty bertelur semakin banyak. "Maka itu masyarakat perlu waspada," katanya.

Menurut Nurul, puncak jumlah kasus demam berdarah Januari sampai Maret memang selalu jadi yang tertinggi di sepanjang tahun. Sebab bulan-bulan tersebut merupakan periode puncak musim hujan. Tahun lalu saja, ada 150 kasus DBD selama tiga bulan tersebut.

Adapun persebaran DBD terjadi hampir di seluruh kecamatan. Terutama di wilayah padat penduduk seperti Kecamatan Mlati, Ngaglik, Gamping dan Depok. Dinkes sendiri terus berupaya menekan angka kasus DBD dengan cara meningkatkan kegiatan promosi. "Selain  itu, kami selalu lakukan pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik. Petugas juga mulai melakukan pendekatan ke keluarga mengenai pencegahan DBD," kata Nurul.

Sementara fogging atau pengasapan merupakan upaya terakhir. Karena fogging hanya mampu membunuh nyamuk dewasa dan dinilai berdampak buruk bagi lingkungan.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman, Novita Krisnaeni meminta masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Ini dilakukan untuk mengantisipasi sebaran nyamuk DBD. 

Beberapa titik yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk juga harus diperhatian. Seperti genangan air, penampungan air, dan dispenser. "Pokoknya air yang menggenang harus segera dibuang agar nyamuk tidak bertelur. Kami sudah sering kali mengingatkan ke warga untuk terus menjaga kebersihan lingkungan," kata Novita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement