Sabtu 11 Feb 2017 22:17 WIB

Penggunaan Antibiotik Berlebihan Sebabkan Resistensi

Penggunaan antibiotik sebaiknya diminimalisir atau tidak dikonsumsi sama sekali.
Foto: pixabay
Penggunaan antibiotik sebaiknya diminimalisir atau tidak dikonsumsi sama sekali.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr Hari Paraton, Sp.OG (K) menyatakan penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak sesuai dengan dosis yang ditentukan bisa menimbulkan resistensi antibiotik.

"Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan tidak sesuai indikasi jenis, dosis dan lamanya serta kurangnya kepatuhan penggunaan antibiotik merupakan penyebab timbulnya resistensi antibiotik," katanya saat di Surabaya, Sabtu (11/2).

Ia mengemukakan penyebab banyaknya kasus resistensi antibiotik dipicu pada mudahnya masyarakat membeli antibiotik tanpa resep dokter di apotek, kios, atau warung.

"Seharusnya antibiotik tidak dijual bebas dan harus berdasarkan resep dokter. Menyimpan antibiotik cadangan di rumah, memberi antibiotik kepada keluarga, tetangga atau teman merupakan kebiasaan yang paling banyak dijumpai di masyarakat. Ini dapat mendorong terjadinya resistensi antibiotik," katanya.

Menurutnya, tidak semua penyakit infeksi perlu ditangani dengan memberi antibiotik karena penggunaan antibiotik semata hanya untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi bakteri, bukan mencegah atau mengatasi penyakit akibat virus.

"Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah berkomitmen dalam pengendalian antimikroba (AMR). Salah satu upaya yang dilakukan adalah berfungsinya Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang dibentuk 2014," katanya.

Selain itu, kata dia, dengan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di awal pada 144 rumah sakit rujukan nasional dan regional serta puskesmas di 5 provinsi sebagai tempat percontohan termasuk di Jawa Timur.

"Namun demikian diperlukan kerja sama dengan semua pihak untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik ini, terutama keterlibatan institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, perusahaan farmasi dan dinas kesehatan," katanya.

Kepala Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi, Departemen Penyakit Dalam RSUD dr. Soetomo Surabaya Prof dr Usman Hadi, Ph.D, Sp.PD-KPTI mengatakan penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang dan beriklim tropis seperti di Indonesia ini.

"Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi bakteri. Antibiotik telah memiliki peran penting pada dunia kedokteran, karena telah menyembuhkan bayam kasus infeksi, namun intensitas penggunaan antibiotik berlebihan menimbulkan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement