Jumat 10 Feb 2017 20:33 WIB

Minyak Atsiri Purbalingga Tembus Pasar Taiwan dan Prancis

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Minyak Atsiri (ilustrasi)
Minyak Atsiri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Produk minyak nilam atau atsiri asal Purbalingga, tidak hanya memasok kebutuhan di dalam negeri. Namun, produk tersebut sudah mampu menembus pasar di luar negeri, antara lain Taiwan dan Prancis.

''Permintaan dari luar negeri sebenarnya besar. Namun kita belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut, karena petani Purbalingga belum melirik budidaya tanaman nilam. Padahal, hasilnya sebenarnya sangat menjanjikan,'' kata Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Jumat (10/2).

Dia menyebutkan, produk minyak nilam asal Purbalingga, sebelumnya lebih banyak dikirim ke Jakarta dan Bali. Sedangkan yang dikirim ke Taiwan dan Prancis, di antaranya karena ada pembeli yang datang langsung ke lokasi produksi, dan meminta agar bisa dikirim minyak tersebut ke negaranya.

Minyak nilam ini rata-rata masih diproduksi oleh industri rakyat dalam skala kecil. Selain pasokan ke luar negeri, secara rutin produk minyak nilam Purbalingga dijual ke Jakarta dan Bali. Untuk itu, Wabup akan akan berupaya pertanian tanaman nilam bisa lebih diperluas. Apalagi, tanaman ini sebenarnya bisa ditanam di sela-sela tanaman pokok seperti Alba atau tanaman keras lainnya.

Kepala Dinas Pertanian Lily Purwanti mengungkapkan, luas areal tanaman nilam di Purbalingga, belakangan mengalami penurunan. Semula luasan budidaya tanaman nilam mencapai 700 hektare, tetapi saat ini hanya tinggal 234 hektare. ''Sebagian besar petani tidak lagi mengusahakan tanaman nilam karena banyak tanaman yang terserang penyakit busuk pangkal batang,'' katanya.

Dia juga mengungkapkan, dari luasan lahan 234 hektar tersebut, mampu menghasilkan 827,9 ton daun nilam dalam kondisi kering per tahun. Dengan harga daun nilam saat ini sebesar Rp 7.500 per kilogram, setiap hektare tanaman nilam sebenarnya mampu menghasilkan Rp 27 juta per tahun.

''Sebenarnya budidaya tanaman nilam ini masih sangat menjanjikan. Namun banyak petani enggan menanam tanaman ini, karena banyak terserang penyakit,'' katanya. Saat ini, kata Lili, petani yang masih melakukan budidaya tanaman nilam berada di wilayah Kecamatan Karangjambu, Karangreja, Kutasari, dan Kecamatan Rembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement