REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Di tengah cuaca buruk dan gelombang tinggi, nelayan kecil di Kabupaten Indramayu tetap nekat melaut demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka mencari rajungan yang saat ini harganya tinggi.
"Sekarang ini memang sedang musimnya rajungan," ujar Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT) Kajidin, Kamis (9/2).
Kajidin mengatakan, nelayan yang mencari rajungan itu menggunakan kapal kecil berbobot kurang dari 10 gross ton (GT). Dengan alat tangkap berupa jaring bumbung, mereka berlayar pada jarak sekitar tiga mil dari pantai.
Para nelayan itu biasanya berangkat sekitar pukul empat sore setiap harinya. Setelah menaruh jaring di perairan, mereka bergegas kembali ke daratan untuk menghindari cuaca buruk dan gelombang tinggi. Jaring pun ditinggalkan semalaman di perairan.
"Kalau harus menunggu jaring semalaman, nelayan juga tidak berani, khawatir kena cuaca buruk dan gelombang tinggi," ujar Kajidin.
Nelayan akan kembali melaut untuk mengambil jaringnya pada keesokan paginya. Jika beruntung, maka ada saja rajungan yang masuk ke jaring tersebut. Bahkan, ada yang bisa mendapat rajungan hingga 50 kuintal. Namun, jika tidak beruntung, maka bisa saja jaring itu pecah atau hanyut terbawa gelombang tinggi.
"Jadi ya sebenarnya untung-untungan," kata Kajidin.
Menurut Kajidin, nelayan tetap nekat melaut di tengah cuaca buruk dan gelombang tinggi karena alasan ekonomi. Mereka tergiur harga rajungan yang saat ini cukup tinggi, yakni Rp 50 ribu per Kg.
Kajidin menambahkan, cuaca buruk dan gelombang tinggi saat ini juga membuat nelayan dari sejumlah daerah lain hijrah ke Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu. Pasalnya, dengan posisi pelabuhan ikan di Karangsong yang letaknya menjorok, daerah tersebut lebih terlindung dari gelombang tinggi.
"Tapi mereka tetap tidak berani mencari ikan karena untuk mendapat ikan harus pergi ke perairan di atas tiga mil laut," kata Kajidin.
Salah seorang nelayan tradisional di Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Tono mengaku memang tetap nekat melaut meski di tengah cuaca buruk dan gelombang tinggi karena dia tetap harus menghidupi anak dan istrinya di rumah.
"Tapi hanya cari rajungan saja," kata Tono.