REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – RSUP Sardjito berencana untuk merintis pelaksanaan health tourism pada tahun ini. Direktur RSUP Sardjito, Mochammad Syafak Hanung menyampaikan, pelayanan kesehatan plus tersebut dilakukan menimbang potensi wisata yang ada di DIY dan sekitarnya.
"Tahun ini rintisannya (health tourism). Tapi konsepnya bukan seperti yang di Korea, spesialisasi operasi plastik," katanya saat ditemui usai perayaan HUT RSUP Sardjito ke 35, Rabu (8/2). Konsep pelayanan health tourism di RSUP Sardjito dilakukan dengan memanfaatkan waktu senggang pasien yang sedang berobat.
Misalnya ada pasien yang mengalami sakit ginjal, lalu cuci darah. Selama menanti tahap penanganan dalam proses pengobatan, pasien pasti memiliki waktu senggang. Waktu tersebut kemudian dapat digunakan untuk rekreasi ke destinasi wisata di DIY.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, saat ini RSUP Sardjito tengah menyiapkan beberapa hal. Di antaranya akreditasi rumah sakit nasional dan internasional, serta pengayaan SDM. Menurut Syafak, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Kesehatan DIY untuk pelaksanaan health tourism di rumah sakitnya.
Pasalnya, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sendiri sudah meminta rumah sakit setempat untuk mengembagkan health tourism. "Jadi nanti memang akan akan integrasi dengan hotel, tempat kuliner, dan destinasi wisata di DIY. Makanya ini perlu kami koordinasikan dulu dengan dinas," tutur Syafak.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Aris Riyanta menyampaikan, pengembangan health tourism dilakukan atas dasar inisiasi masing-masing rumah sakit. Meski demikian, pihaknya mendukung pengembangan pariwisata kesehatan tersebut. "Health tourism di Yogyakarta sendiri sebenarnya sudah berjalan di Rumah Sakit Happyland. Ini kaitannya dengan penyegaran pasien rumah sakit, namun dilakukan melalui kegiatan pariwisata," kata Aris.
Menurutnya ada beberapa hal yang harus diperkuat dalam pelaksanaan health tourism. Antara lain sarana keamanan, kesehatan, komunikasi, dan pariwisatanya sendiri. Jangan sampai ketika health tourism sudah dijalankan, destinasi wisatanya masih jelek.
Ia mengatakan, pelaksanaan health tourism juga harus dilengkapi dengan pemenuhan standarisasi nasional dan insternasional. Baik di sisi pelayanan kesehatan, maupun pariwisatanya.