REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sebanyak 200 wisatawan asal Jerman mengunjungi destinasi wisata di Kabupaten Flores Timur pada Jumat (3/2). Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengungkapkan hal itu di Kupang, Sabtu.
"Sekitar 200 wisatawan dari Jerman datang kemarin dengan kapal pesiar MS EUROPA 2 dari Australia menuju ke Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, dan selanjutnya ke Labuan Bajo dan Bali," katanya.
Dia mengatakan, kedatangan ratusan wisatawan itu untuk mengunjungi destinasi wisata alam yang terletak di sekitar kota Larantuka, tempat-tempat wisata rohani, bahkan ada pula sempat bersepeda menikmati suasana kota kecil di ujung timur Pulau Flores itu.
"Kota Larantuka memang dikenal di berbagai negara sebagai kota wisata rohani dengan adanya upacara Semana Santa," katanya pula.
Marius mengatakan, kunjungan wisatawan asing berjumlah ratusan itu menunjukkan bahwa genjarnya upayah promosi yang dilakukan pemerintah maupun berbagai pihak lain terus berdampak positif.
Flores Timur yang merupakan kabupaten kepulauan memiliki itu destinasi wisata unggulan selain wisata rohani yang tesohor, namun juga wisata alam pantai, budaya tradisional, hingga wisata bawah laut di perairan Tanjung Bunga hingga Meko di Pulau Adonara.
Keunggulan destinasi wisata itu telah menarik minat kunjungan wisatawan asing ke daerah setempat yang pada tahun 2016 mencapai 696 orang.
Namun, Marius mengakui, jumlah kunjungan wisatawan asing itu masih jauh di bawah kunjungan domestik pada periode yang sama mencapai 14.150 orang.
"Jumlah kunjungan wisatawan asing bisa terdongkrak lagi untuk lebih meningkat dari sebelumnya karena pariwisata Flores Timur tidak kalah besaing dengan unggulan lainnya di NTT," katanya.
Sementara itu, Marius mengungkapkan, salah satu kendala yang dihadapi dalam kunjungan kapal pesiar MS EUROPA 2 tersebut yakni kondisi pelabuhan yang tidak memadai sebagai tempat berlabuhnya kapal.
Kondisi tersebut, lanjut dia, membuat kapal pesiar berkelas internasional tersebut harus melepaskan jangkar di perairan dan para wisatawan harus dijemput menggunakan kapal motor kecil menuju daratan.
"Memang ini masih menjadi kendala kita karena hingga saat ini Nusa Tenggara Timur belum memiliki pelabuhan kapal pesiar atau marina yang representatif," katanya.
Menurut dia, kebutuhan infrastrukur pelabuhan marina menjadi salah satu pekerjaan rumah pemerintah dalam upayah mengembangkan pariwisata di provinsi selaksa pulau itu.
"Kita perlu membangun marina di pelabuhan-pelabuhan yang ada di NTT. Seperti tahun ini akan dibangun marina di Labuan Bajo," katanya.
Dia mengatakan, pemerintah setempat juga mengharapkan dukungan dari Kementerian Perhubungan untuk pembangunan marina atupun pengembangan pelabuhan yang ada agar bisa disinggahi kapal-kapal pesiar.