Sabtu 04 Feb 2017 10:18 WIB

Ketinggian Air Bengawan Solo di Hilir Stabil

Sungai Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan ketinggian air Bengawan Solo di hilir cenderung stabil di Bojonegoro 14,32 meter (siaga II), Sabtu pukul 08.00 WIB.

"Stabilnya ketinggian air Bengawan Solo di hilir, Jawa Timur, berlangsung sejak pukul 02.00 WIB," kata petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Hendro, Sabtu (4/2).

Ia juga mengatakan stabilnya air Bengawan Solo di hilir dipengaruhi air laut pasang di Sembayat, Kabupaten Gresik, yang menjadi muara utama Bengawan Solo, sehingga mengakibatkan keluarnya air melambat.

Sesuai data, lanjut dia, air laut pasang di Sembayat Gresik, ketinggiannya rata-rata berkisar 1,2-1,7 meter, sedangkan ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Kuro, Kabupaten Lamongan, mencapai 2,09 meter.

Di hulu Bengawan Madiun di jembatan Ndungus, Kabupaten Ngawi, lanjut dia, ketinggian air yang semula sudah turun naik kembali menjadi 7,00 meter (siaga II), pukul 06.00 WIB.

"Ketinggian air di hilir, Jawa Timur, besar kemungkinan akan naik lagi, apalagi kalau hari ini terjadi hujan di daerah hulu dan lokal," tuturnya.

Menurut petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah sungai Bengawan Solo di Ngawi Andik, kenaikan air di Ndungus, Ngawi, disebabkan hujan yang terjadi di wilayah Kabupaten Ponorogo, Magetan dan sekitarnya. "Air dari Bengawan Madiun yang masuk ke Bengawan Solo normal," katanya.

Data di UPT Bengawan Solo menyebutkan ketinggian air di hilir Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamongan, juga masih siaga masing-masing 7,79 meter, 5,51 meter, 4,22 meter dan 2,09 meter, pukul 06.00 WIB.

Seorang petani di Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Hadi menjelaskan luapan air Bengawan Solo mulai melimpas melalui Kali Inggas sehingga merendam areal persawahan di desa setempat, juga desa lainnya.

Tetapi, lanjut dia, di areal persawahan di desa setempat, juga desa lainnya di Kecamatan Kanor, tidak banyak petani yang menanam padi kembali setelah banjir awal Desember 2016. "Hanya ada beberapa petani yang menanam padi lagi di Desa Temu. Usianya sekitar sebulan sekarang terendam air," katanya.

Hal itu dibenarkan Camat Kanor, Bojonegoro Subiyono terkait tidak banyaknya petani di wilayahnya yang kembali menanam tanaman padi, setelah tanaman padi rusak terendam air banjir Bengawan Solo yang lalu.

"Tidak banyak petani yang menanam tanaman padi lagi. Tetapi petani sudah mempersiapkan sawahnya, untuk ditanami padi setelah ancaman banjir Bengawan Solo mereda," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement