Kamis 02 Feb 2017 19:52 WIB

Soal Tokoh Penghalang, SBY Disarankan Bisiki Langsung Jokowi

Rep: C62/ Red: Ilham
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menyarankan Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan siapa yang menghalanginya bertemu Presiden Joko Widodo. "Sebaiknya nama orang tersebut disampaikan SBY kepada Jokowi secara langsung ketika tatap muka. Bukan disampaikan di ruang publik," kata Emrus kepada Republika.co.id, Kamis (2/2)

Oleh karena itu, sebagai dosen politik, Emrus menilai, good leadership harus bijak memilah pesan komunikasi yang mana disampaikan di ruang privat, dan mana yang disampaikan di ruang publik. "Inilah salah satu kecerdasan komunikasi yang mutlak dimiliki seorang pemimpin yang berkarakter kenegarawanan," ujarnya.

Emrus mengungkapkan, bila pesan komunikasi untuk keperluan privat lalu disampaikan di ruang publik, bisa menimbulkan persepsi liar. Bahkan, berpotensi membuat situasi politik terganggu sehingga motif politik yang menghalangi tersebut semakin kondusif dapat terwujud.

Dengan kata lain, komunikasi langsung dapat meniadakan perilaku pembisik komunikasi yang ada di ring kekuasaan. "Karena itu, menurut saya, kedua tokoh bangsa itu Jokowi dan SBY, lebih proaktif dengan inisiatif agar sesegera mungkin bertemu," katanya.

Emrus mengatakan, dalam pertemuan itu siapa saja yang lebih dahulu menemuinya tanpa mesti merasa gengsi sowan terlebih dahulu. Misalnya, SBY bisa datang langsung menemui Jokowi seperti warganegara pada umumnya dengan mengikuti prosedur yang berlaku di Istana. "Atau Jokowi berkunjung ke Cikeas bertemu SBY. Ini sebagai perilaku komunikasi kenegarawanan," katanya.

Menurut Emrus, pertemuan di Istana atau di Cikeas, sangat urgent dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya agar dapat menurunkan suhu politik sehingga tercipta suasana yang kondusif di negeri ini. Karena, ketika kedua tokoh ini bertemu disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia melalui media massa, ini sebagai simbol non-verbal, betapa tokoh bangsa kita menunjukkan kebersamaan.

"Saling menyapa penuh kehangatan sambil minum kopi hangat dari Sidikalang dan makan singkong goreng dari kebun warga di Sukabumi, dengan tertawa riang ala Jokowi dan ala SBY sembari bergandeng tangan," katanya.

Masih disampaikan Emrus, bila pertemuan tersebut segera direalisasikan, tentu itu sekaligus menjadi teladan komunikasi yang disampaikan kedua tokoh bangsa tersebut kepada seluruh rakyat Indonesia. "Bukan berbalas patun politik yang sama sekali tidak memberi pendidikan politik dan nilai demokrasi bagi rakyat kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement