Rabu 01 Feb 2017 19:36 WIB

SBY: Percakapan dengan Kiai Ma'ruf tak Membahas Fatwa MUI

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ilham
Presiden Republik Indonesia Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memberikan keterangan kepada awak media di Wisma Proklamasi, Jakarta, Rabu (1/2).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Presiden Republik Indonesia Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memberikan keterangan kepada awak media di Wisma Proklamasi, Jakarta, Rabu (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui ada percakapan via telepon dengan Ketua MUI, KH. Mahruf Amin. Namun, percakapan tersebut tidak ada kaitannya dengan tugasnya Kiai Ma'ruf di MUI sebagai pembuat fatwa.

"Ada staf, bukan saya yang menelepon pak Ma'ruf Amin langsung atau pak Ma'ruf yang menelepon, tapi ada staf di sana dengan handphone yang bersangkutan menyambungkan percakapan saya dengan pak Ma'ruf Amin. Intinya di situ. Jadi percakapan itu ada," kata SBY dalam pernyataan persnya di Wisma Proklamasi, Menteng Jakarta, Rabu (1/2).

SBY meminta semua pihak menanyakan kepada MUI jika sikap keagamaan MUI dinilai politis. Hal tersebut dikatakan SBY menanggapi opini yang dibangun seolah-olah SBY yang meminta MUI mengeluarkan fatwa penistaan agama.

Mantan presiden keenam itu menambahkan, kedatangan Agus-Sylvi ke PBNU tidak ada kaitannya dengan kasus Ahok maupun tugas Kiai Ma'ruf di MUI. Menurut SBY, Agus-Sylvi hanya ingin meminta restu dan bimbingan.

SBY mengaku mendapatkan informasi bahwa dalam pertemuan di PBNU tersebut dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siraj dan Kiai Ma'ruf selaku rais aam PBNU. SBY berpesan ingin bertemu pimpinan PBNU untuk mendiskusikan pengelolaan Islam di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement