Kamis 26 Jan 2017 19:37 WIB

Satu Peserta Diksar Mapala UII Masuk ICU

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Ilham
Ratusan Mahasiswa UII berkumpul di Kampus UII Cik Ditiro, Yogyakarta, Kamis (26/1) sore, usai Rektor UII, Harsoyo, menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Ratusan Mahasiswa UII berkumpul di Kampus UII Cik Ditiro, Yogyakarta, Kamis (26/1) sore, usai Rektor UII, Harsoyo, menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Direktur Utama Jogja International Hospital (JIH), Mulyo Hartana menyampaikan, satu peserta Diksar Mapala UII masuk ICU. Pasien yang tidak disebutkan namanya ini dirawat lebih intensif lantaran muntah darah.

"Kondisinya lemas. Sumber keluhannya di lambung. Pasiennya laki-laki dan sadar. Hanya saja bahu kirinya dislokas," kata Mulyo saat ditemui di JIH, Kamis (26/1). Adapun pendarahan lambung terjadi lantaran pasien memiliki magh sebelumnya. Kemudian bertambah parah saat mengikuti Diksar.

Ia menyampaikan, tidak semua pendarahan lambung disebabkan oleh pukulan. Sebab, luka akibat pukulan juga biasanya disertai dengan bekas di bagian kulit yang dipukul. Saat ini tim medis JIH sedang melakukan observasi lebih mendalam terhadap pasien.

Sementara itu, kebanyakan kondisi peserta lainnya mengalami luka dan infeksi. Sekarang 10 pasien masih diinfus, walaupun ada beberapa yang kondisinya sudah membaik. "Kami masih mengawasi aktivitas makan dan minum pasien. Kami pastikan semuanya save," ujar Mulyo.

Sebelumnya, total pasien yang periksa di JIH untuk kedua kalinya sebanyak 32 orang. Hingga saat ini ada 10 pasien yang rawat inap. Semantara sisanya rawat jalan dengan pengawasan medis intensif. Mereka pun diwajibkan kontrol secara teratur.

Setelah menjenguk 10 peserta Diksar di JIH, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir membenarkan adanya pengakuan kekerasan yang dialami peserta. Menurutnya, kasus ini harus diusut melalui proses hukum.

"Bentuk kekerasan (yang dialami peserta) macam-macam, ada yang dipukuli. Kalau cuma push up saja kan biasa untuk pemanasan karena kondisi udara dingin, tapi kalau sampai fisik itu jadi masalah," ujar Nasir.

Padahal, katanya, jika peserta tidak kuat dan minta mundur dari kegiatan, maka panitia harus mengizinkan mereka mundur. Tapi tidak diizinkan, malah justeru diberi pukulan.

Untuk menuntaskan kasus ini, Menristekdikti mendorong agar pihak yang berwajib menangani setuntas-tuntasnya. Ia meminta agar pihak kepolisian menjamin keselamatan para peserta Diksar. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya tekanan dari berbagai pihak.

Nasir mangatakan, sejauh ini peserta tidak mengetahui siapa panitia yang memukuli mereka. Lantaran mereka merupakan anggota baru yang belum mengenal seluruh anggota Mapala Unisi. "Senior yang melakukan kekerasan belum diketahui. Jumlahnya juga belum diketahui," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement