Kamis 26 Jan 2017 19:31 WIB

925 Balita di Bandung Barat Kurus karena Kurang Gizi

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
 Balita mengangis usai dilakukan penimbangan di Posyandu Bunga Tanjung, Kelurahan Kebon Baru, Jakarta, Jumat (16/12).
Foto: Republika/Prayogi
Balita mengangis usai dilakukan penimbangan di Posyandu Bunga Tanjung, Kelurahan Kebon Baru, Jakarta, Jumat (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH -- Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengungkapkan selama 2016 terdapat sebanyak 925 balita yang dikategorikan kurus disebabkan kekurangan asupan gizi. Sementara itu, sebanyak 23 balita dikategorikan sangat kurus atau gizi buruk dari total 137.961 lebih balita yang ada.

"Gizi buruk tiap tahun ada, karena penyebabnya komplek dan gizi buruk tidak murni karena tidak ada yang dimakan. Tapi ada beberapa kasus karena penyakit bawaan," ujar Kepala Seksi Gizi, Dinas Kesehatan, Endah Sriyani, Kamis (26/1).

Menurutnya, jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 29 balita yang terkena gizi buruk. Meski begitu, pihaknya terus berupaya untuk melakukan penanganan terhadap mereka.

Ia menuturkan, balita yang kurus dan gizi buruk terjadi karena kekurangan asupan makanan. Kemudian terdapat penyakit infeksi yang jika tidak tertangani mempengaruhi terhadap status gizi.

Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah

Dirinya mengatakan kebanyakan balita yang menderita gizi buruk berasal dari keluarga tidak mampu. Dimana, mereka berasal dari berbagai tempat seperti Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, Rongga, Cipatat, hingga wilayah perkotaan seperti Ngamprah dan Lembang.

"Asupan makanan bagi balita serta pengetahuan ibu terhadap kesehatan anak yang minim menjadi penyebab gizi buruk. Pola asuh yang salah, penanganan lambat akibat faktor ekonomi dan juga jarak yang jauh ke tempat pelayanan kesehatan," katanya.

Endah mengatakan pihaknya berupaya melakukan penanganan kepada penderita gizi buruk dengan memberikan tambahan asupan gizi kepada balita selama 90 hari. Selain itu, untuk mencegah gizi buruk maka ibu harus menjaga kesehatan dirinya serta bayinya selagi masih dalam kandungan.

Menurutnya, bayi harus mendapatkan ASI minimal hingga 6 bulan tanpa disertai asupan makanan lainnya. Selain itu, jika berat badan bayi tidak bertambah selama dua bulan berturut-turut, maka harus segera diperiksakan. Ia mengungkapkan pada Hari Gizi Nasional, Dinkes KBB sudah memberikan edaran ke setiap puskesmas untuk memperhatikan asupan gizi. Di antaranya, dengan mengonsumsi sayur dan buah setiap hari.

"Konsumsi buah dan sayur yang cukup, kita bisa terhindar dari penyakit beresiko, seperti jantung, diabetes, dan lainnya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement