Rabu 25 Jan 2017 00:54 WIB

Pemerintah Diminta Atasi Perpecahan di Masyarakat

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Indira Rezkisari
Fahira Idris
Foto: Republika/ Wihdan
Fahira Idris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD asal Jakarta, Fahira Idris mengatakan, semenjak kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Non-Aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diproses kepolisian hingga saat ini memasuki tahap persidangan, suhu politik dan sosial di Indonesia begitu panas.

Gejala ini mengkhawatirkan, karena bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi benih-benihnya sudah muncul hampir di seluruh Indonesia. Relasi sosial yang sebelumnya terjalin baik, kini semakin renggang dikarenakan masyarakat terpecah pendapatnya menyikapi pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu yang menafsirkan kitab suci agama yang tidak dia pahami dan yakini. 

Karena itu, Fahira mengingatkan pemerintah, bahwa situasi yang terjadi saat ini jika dibiarkan terus akan dimanfaatkan oleh para provokator untuk menemukan momentum memecah Indonesia. Saat ini, lanjutnya, besarnya potensi gesekan yang bisa dimanfaatkan provokator sangat lengkap.

Bukan hanya antarumat beragama, tetapi juga antar antargolongan, antarpandangan politik, bahkan etnis. Bahkan gesekan umat di dalam satu agama yang sama juga berpotensi terjadi karena terpecah pandangan soal Ahok yang kemudian merambat ke persoalan -persoalan lain. 

''Sepanjang hidup, baru kali ini saya melihat dan merasakan langsung relasi sosial yang begitu renggang. Masyarakat terpecah-pecah bahkan sudah berhadap-hadapan dan punya potensi beradu gara-gara pernyataan tidak sensitif seorang pejabat publik,'' ucap Fahira, di Jakarta, Selasa (24/1).

Dalam situasi seperti ini, menurut Fahira, pemerintah harusnya mampu berdiri di semua golongan, menjadi bapak, menjadi pengayom, menjadi problem solver. Hindari pernyataan dan kebijakan yang malah membuat pemerintah secara tidak sadar menempatkan dirinya menjadi bagian dari masalah.

Presiden, lanjut Fahira, harus bersedia menjangkau dan berdiri di semua golongan, walaupun golongan tersebut berbeda pandangan politik dan tidak memilih dia saat Pilpres 2014 lalu.  Kuncinya, lanjut dia, cobalah berdiri di semua golongan. Evaluasi sudah sejauh mana Presiden menjangkau semua golongan terutama yang berbeda pandangan politik dengan dia.

''Saya juga berharap, setelah mengundang pimpinan parpol, ormas-ormas besar keagamaan, Presiden juga mengundang para ulama penggerak Aksi Bela Islam dalam ‘safari makan siang’ di Istana,'' ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement