Senin 23 Jan 2017 18:03 WIB

20 Warga Karawang Diduga Keracunan Nasi Uduk

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ilham
Keracunan massal (ilustrasi)
Foto: Antara
Keracunan massal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Sedikitnya 20 warga Desa Pulomulya dan Pulokapala, Kecamatan Lemah Abang, Karawang, keracunan nasi uduk. Dari 20 warga tersebut, empat di antaranya diperbolehkan rawat jalan. Sisanya, 16 warga lagi masih menjalani perawatan intensif di sejumlah klinik kesehatan.

Bupati Karawang Cellica Nurachadiana mengatakan, pihaknya langsung menemui korban keracunan tersebut di salah satu klinik milik swasta. Orang nomor satu di Karawang ini, meminta supaya puskesmas segera melakukan penanganan yang maksimal. Serta, berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menindaklanjuti masalah keracunan ini.

"Keracunan ini, diduga dari sambal kacang nasi uduk yang dikonsumsi warga tersebut," ujar Cellica, dalam akun media sosial resmi miliknya, Senin (23/1).  

Pernyataan berbeda keluar dari Dinas Kesehatan setempat. Instansi ini tak bisa menyelidi kasus keracunan tersebut. Pasalnya, petugas kehilangan sampel makanan yang dikonsumsi oleh warga.

Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Karawang, Sri Sugihartati mengatakan, ada sejumlah alasan kenapa pihaknya tak bisa menyelidiki penyebab keracunan ini. Pasalnya, kejadian keracunan ini sudah lebih dari 24 jam. Yakni, warga mengkonsumsi nasi uduknya pada Jumat sore (20/1). Tetapi, pada Ahad malam (22/1) warga mulai merasakan pusing-pusing dan mual.

Kemudian, korban keracunan ini tidak ada yang dirawat di puskesmas setempat. Mereka berpencar dirawat di sejumlah klinik kesehatan. Yang paling utama, petugas sudah kehilangan sampel makananya. "Kita sudah terjunkan tim investigasi. Tapi sayang, sampel makanannya sudah tak ada," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga tak mengetahui siapa yang membuat nasi uduk itu, tempatnya di mana, dan dalam rangka apa. Lalu, apa yang menyebabkan warga keracunan. Apakah benar dari sambal kacangnya, atau dari bahan makanan lainnya. "Kasus ini sulit terungkap karena waktu kejadiannya cukup lama dan sampel makanannya sudah tak ada," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement