Senin 23 Jan 2017 12:37 WIB

Presiden: Jangan Lengah Cegah Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan di Palembang
Foto: Youtube
Kebakaran hutan di Palembang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta para menteri, kepala daerah, dan aparat penegak hukum tidak lengah mencegah kebakaran lahan dan hutan sejak awal 2017. "Ini masih bulan Januari, tapi sudah mulai kelihatan keringnya. Oleh sebab itu, jangan sampai lengah. Tadi sudah disampaikan bahwa BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Red) memprediksi 2017 ini akan lebih kering dari 2016. Jadi, kita semuanya harus hati-hati," kata Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Senin (23/1).

Presiden menyampaikan hal itu dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2017. Sejumlah menteri dan pejabat terkait hadir di antaranya Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Gubenur Sumatra Selatan Alex Noerdin, Gubernur Jambi Zumi Zola, dan gubernur lainnya.

"Saya rasa kita semua yang di sini ingat kebakaran tahun 2015 betul-betul kita pontang-panting. Tetapi, karena api (saat itu) betul-betul sudah menjalar, sudah membesar. Segala cara yang kita lakukan menjadi sia-sia, karena sudah terlanjur terbakar," ungkap Presiden.

Kebakaran hutan dan lahan pada 2015 melingkupi 2,089 juta hektare dan memakan kerugian finansial hingga Rp 220 triliun.

"Oleh karena itu, kita semuanya harus antisipasi jangan sampai peristiwa kebakaran 2015 itu terulang kembali. Kita patut bersyukur tadi seperti disampaikan oleh Menkopolhukam 2016 turun sampai 82 hingga 83 persen, dan kita harapkan tahun 2017 ini juga mengalami penurunan lagi," tambah Presiden.

Berdasarkan pemantauan satelit NOAA, jumlah titik api (hotspot) pada 2016 turun sebesar 82,14 persen dari 2015 sedangkan berdasarkan pantauan satelit Terra Aqua jumlah titik api turun 94,58 persen. "Dampak dari adanya kebakaran hutan tidak hanya urusan masalah ekonomi. Kita mengalami kerugian kalau dihitung-hitung dampak karena urusan pembatalan penerbangan, dampak karena perkantoran yang libur, dampak karena aktivitas ekonomi yang berhenti mencapai angka yang tidak sedikit yaitu Rp220 triliun, kurang lebih, angka yang sangat besar sekali," jelas Presiden.

Dampak itu belum ditambah dengan dampak kesehatan dari 504 ribu orang yang mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan hilangnya habitat keragaman hayati dari rusaknya hutan seluas sekitar 2,6 juta hektare.

"Yang berkaitan dengan liburnya sekolah ini juga tidak bisa dihitung kerugiannya. Kita harapkan 2017 ini tidak terjadi," tambah Presiden.

Presiden pun meminta pencegahan dini kebakaran hutan benar-benar disiapkan. "Pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada saudara semuanya yang telah melaksanakan pekerjaan yang besar dan ini. Kita ingin tahun ini kalau bisa persentasenya itu kita tekan lagi akan menjadi hilang dan pada posisi 100 persen turunnya, meskipun itu saya tahu sangat sulit, tetapi apapun kita harus bekerja keras untuk mengantisipasi ini," jelas Presiden.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement