REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi tiba di Yangon, Myamar pada Jumat (20/1) siang. Pada Sabtu pagi ini, Retno akan menuju Sittwe, Rakhine State. Ini merupakan kunjungan ketiga Retno dalam dua bulan terakhir.
Di Sittwe, Retno akan menyampaikan bantuan kemanusiaan Indonesia yakni berupa 10 kontainer makanan dan pakaian. Bantuan ini secara langsung dilepas Presiden Joko Widodo pada tanggal 29 Desember 2016 lalu. Selain menyerahkan bantuan kemanusiaan, Retno juga akan meresmikan dua sekolah di Sittwe yang dibangun dari donasi masyarakat Indonesia.
Dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri RI, Kunjungan kerja kali ini akan berlangsung selama dua hari. Selain menyerahkan bantuan, Retno juga melakukan serangkaian pertemuan pada Jumat siang (20/1) dengan Permanent Secretary Kementerian Luar Negeri Myanmar, Kepala Perwakilan UNHCR dan UNDP, serta Anggota Advisory Commission on Rakhine State.
Mengawali kunjungan ke Myanmar, Retno bertemu dengan Permanent Sec MoFA Myanmar, HE. U Kyaw Zeya. Pada pertemuan tersebut ia menyampaikan beberapa perkembangan terbaru khususnya perkembangan positif dari pertemuan OKI di Kuala Lumpur.
Menurut HE U Kyaw, pemerintah Myanmar menyambut baik kunjungan Retno mewakili Indonesia. Ia juga menyampaikan apresiasi positif berbagai inisiatif Indonesia dalam mendukung pembangunan Myanmar.
Dengan perwakilan UNHCR dan UNDP dan Anggota Advisory Commission on Rakhine State, Retno membahas perkembangan terakhir terkait situasi kemanusiaan di Rakhine State. Wakil dari UNHCR dan UNDP menyampaikan program kemanusiaan PBB telah kembali dilakukan di beberapa wilayah di Rakhine State.
Sementara, anggota Advisory Commission on Rakhine State menyampaikan kemajuan dalam penyusunan laporan Komisi yang dipimpin oleh mantan Sekjen PBB, Koffi Anan. Retno juga berkesempatan mengunjungi Indonesian International School Yangon.
Di sana, ia disambut siswa SD, SMP dan SMA dari 34 negara. Para siswa mempersembahkan tarian Saman untuk Menlu RI. Sekolah Indonesian International School Yangon dibuka sejak tahun 1967 dan saat ini memiliki 549 siswa.
Sebelum mengunjungi Myanmar, Retno menghadiri Sidang Istimewa Tingkat Menteri OKI di Kuala Lumpur yang membahas mengenai isu Rakhine State.