REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Siak menyatakan lebih dari 200 ekor ternak sapi Bali yang dikembangkan di wilayah setempat mati akibat serangan virus Jembrana atau parasit darah.
Kepala Bidang Produksi dan Pengembangan Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Siak Muhammad Wahiduddin menyatakan, wilayah setempat positif dinyatakan sebagai daerah yang terkontaminasi virus Jembrana pada November 2013 oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
"Pada akhir November 2013, Siak dinyatakan sebagai daerah terakhir Provinsi Riau yang terinfeksi virus Jembrana oleh Kementan. Tujuh kabupaten Riau lainnya sudah terlebih dahulu tertular," kata Muhammad Wahiduddin di Siak, Jumat.
Dia katakan, pada Akhir November hingga Desember 2013 lalu, sebanyak 30 ekor sapi yang mati. Sedangkan pada tahun 2016 ini sekitar 100 ekor lebih sapi Bali yang dinyatakan positif terserang virus Jembrana.
"Itu baru yang terlapor, kami memprediksi lebih banyak sapi yang mati akibat Jembrana ini. Secara tidak langsung sangat berdampak pada produksi dan populasi sapi di Siak," ucapnya.
Dia menyebutkan, pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Siak sudah melakukan langkah pencegahan dengan pemberian vaksin terhadap ternak yang belum terkena virus. Ini untuk mengurangi gejala, terutama di daerah yang dianggap endemik.
"Ini bukan penyakit yang hanya terjadi di Siak saja, melainkan hampir di seluruh kabupaten yang ada di Riau. Bahkan provinsi lain pun juga ada yang terserang," ucapnya.
Gejala umum sapi Bali terkena penyakit Jembrana, di antaranya masa inkubasi 4 hingga 12 hari disertai tanda-tanda suhu tubuh meningkat hingga 42 derajat Celsius. Diare yang bercampur darah, terjadi pembengkakan pada kelenjar limfeprescapularis, prefemoralis,dan parotis. Terlihat adanya bercak (berkeringat) darah pada kulit, lesu dan tidak mau makan, hingga kematian mendadak (jika telah akut).