REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Memasuki Januari hingga Februari, Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) memasuki puncak musim hujan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka pun mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bencana.
"Januari – Februari merupakan puncak musim hujan," ujar Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, Rabu (18/1). Pria yang akrab disapa Faiz itu menjelaskan, saat puncak musim hujan, intensitas hujan di wilayah Ciayumajakuning umumnya mencapai 300 - 600 mm per bulan. Menurutnya, intensitas curah hujan itu tinggi.
Namun, hal itu berbeda untuk wilayah Kabupaten Indramayu. Selama puncak musim hujan, curah hujan di Kabupaten Indramayu diprediksi hanya 200-300 mm per bulan, atau masuk kategori intensitas curah hujan menengah. Menurut Faiz, lebih rendahnya intensitas hujan di Kabupaten Indamayu dibandingkan daerah lainnya itu disebabkan beberapa faktor lokal. Di antaranya, daerah Indramayu terletak paling utara dan dekat laut.
Selain itu, adanya faktor angin darat dan angin laut di wilayah Indramayu yang bisa mempengaruhi pertumbuhan awan-awan hujan yang kurang sempurna. Akibatnya, tidak terjadi hujan ataupun hanya menjadi hujan ringan. "Adanya angin baratan yang berhembus kencang pada lapisan atmosfer bagian atas menyebabkan awan-awan hujan tidak tumbuh sempurna/tidak jenuh sehingga hujan tidak jadi turun ataupun hanya hujan intesitas ringan," terang Faiz.
Faiz menambahkan, memasuki puncak musim hujan, masyarakat diimbau untuk mewaspadai bencana tanah longsor dan pergerakan tanah. Hal itu terutama untuk wilayah Majalengka bagian selatan dan Kuningan.
Selain itu, kewaspadaan terhadap bencana juga harus dilakukan masyarakat di Cirebon dan Indramayu. Hal tersebut terutama saat terjadi hujan terus menerus dalam jangka waktu panjang (satu sampai dua hari). "(Kewaspadaan) akan adanya genangan banjir, terutama di wilayah yang berlangganan banjir," terang Faiz.
Faiz menambahkan, khusus untuk wilayah Cirebon bagian timur, kewaspadaan terjadinya banjir juga harus dilakukan akibat meluapnya aliran sungai yang berasal dari wilayah hulu (Kuningan). Aliran air dari Kuningan itu akan menuju ke wilayah Cirebon timur.
Sementara itu, bencana pergerakan tanah sudah melanda Dusun Cimeong, Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan. Bahkan, 143 jiwa warga dusun itu terpaksa harus tinggal di sebuah sekolah yang dijadikan lokasi pengungsian.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin menjelakan, saat ini sudah disiapkan lahan relokasi untuk warga Dusun Cimeong. Menurutnya, lahan relokasi itu sekitar dua hektare di Dusun Ciendog, yang tak jauh dari tempat tinggal mereka saat ini. "Selain rumah, sejumlah fasilitas umum serta sarana penunjang lainnya juga akan kami siapkan," tandas Agus.