Rabu 18 Jan 2017 18:11 WIB

Suplemen dan Lingkungan Jadi Pendorong Perkembangan Anak

Rep: M Nursyamsyi/ Red: Indira Rezkisari
Anak sekolah dasar
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Anak sekolah dasar

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebuah hasil penelitian yang dilakukan Summit Institute of Development (SID) bersama di Lombok mengungkapkan para ibu yang mengonsumsi suplemen multi mikronutrien selama kehamilan dapat meningkatkan perkembangan dan kemampuan kognitif anak-anak pada usia 9 tahun hingga 12 tahun.

CEO SID Mandiri S Apriatni mengatakan, hasil penelitian yang didanai pemerintah Kanada ini telah diterbitkan pada jurnal terkemuka ilmu kesehatan, Lancet Global Health pada Senin (16/1) lalu. "Penelitian menemukan, lingkungan pengasuhan anak lebih berkorelasi kuat dibandingkan dengan faktor biologis pada perkembangan otak dan kemampuan intelektual umum, pencapaian akademis, kesehatan sosio emosional," ujarnya di Mataram, NTB, Rabu (18/1).

Para peneliti yang juga diisi pusat penelitian bahasa dan kebudayaan Universitas Mataram, Indonesia; the University of California, Davis and Georgetown University di Amerika Serikat; University of Lanchaster, Inggris; dan Deakin University, Australia melakukan tes kepada hampir tiga ribu anak usia sekolah pada usia 9 hingga 12 tahun. Ibu mereka berpartisipasi dalam penelitian awal yang mengukur dampak pemberian suplemen multi mikronutrien (MMN) atau zat besi asam folat standar (tablet tambah darah) selama kehamilan antara 2012 dan 2014.

Mandri menyatakan, suplemen MMN hampir mirip dengan suplemen multivitamin yang banyak dikonsumsi oleh perempuan di Kanada, Amerika Serikat dan negara lain selama masa kehamilan. Studi terbaru, lanjutnya, memperlihatkan manfaat jangka panjang terhadap anak yang ibunya meminum suplemen MMN, termasuk diantaranya memiliki kemampuan memori prosedural yang lebih baik dan setara dengan peningkatan nilai akademis selama 6 bulan masa sekolah.

"Anak-anak dari ibu yang anemia selama hamil dan menerima MMN memiliki skor yang lebih tinggi pada kemampuan intelektual umum dibandingkan yang menerima zat besi asam folat, perbedaan ini sebanding dengan peningkatan skor selama 1 tahun masa sekolah," lanjutnya.

Dia menambahkan, temuan menarik dan mengejutkan tim peneliti adalah kuatnya hubungan antara kemampuan kognitif dan kondisi sosial dan lingkungan di usia dini.

Selain itu, faktor-faktor biologis seperti status gizi ibu selama hamil, berat badan lahir rendah kelahiran prematur, pertumbuhan fisik bayi yang buruk tidak berkorelasi kuat dengan kemampuan kogntif dibandingkan faktor sosial-emosional yang diukur selama studi seperti lingkungan rumah, depresi ibu, pendidikan orangtua, dan status sosial-emosional.

Hasil tersebut menunjukkan program kesehatan masyarakat yang hanya berfokus pada faktor-faktor biologis tidaklah cukup untuk meningkatkan kemampuan kognisi anak. Dia menyebutkan, program yang melibatkan faktor sosial emosional sangat penting untuk mencapai generasi yang hebat atau sukses, berdasarkan penelitian tersebut.

Dia menambahkan, hasil penelitian juga menyebutkan penggunaan suplemen ini bisa menekan tingginya angka kematian bagi di NTB hingga 18  persen. Sekitar 32 ribu ibu mengikuti program tersebut.

Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi NTB Rosiady Sayuti menyambut baik hasil penelitian yang sudah dilakukan di NTB selama dua tahun terakhir dan dianggap mendukung program generasi emas NTB pada 2025. "Hasil temuan ini membawa kita menciptakan bersama-sama dengan Summit Institute of Development dan partner, program inter-sektoral generasi emas untuk meningkatkan intervensi sosial demi mendukung perkembangan anak," kata dia.

Sekda menyebutkan, penerbitan hasil penelitian di jurnal Lancet Global Health merupakan prestasi yang luar biasa karena tidak mudah untuk bisa menampilkan hasil penelitian di sana. "Hasil penelitian tersebut sudah dipublikasi di majalah paling bergengsi (kesehatan), kalau penelitian. Alhamdulillah lembaga lembaga SID di Mataram kelasnya sudah internasional," lanjutnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi siap menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mempersiapkan distibusi multi mikronutrien dan memperluas program generasi emas untuk intervensi pengasuhan keluarga. "Tentunya hal ini akan menjadi dasar untuk memperluas program ini secara nasional," ujarnya.

Summit Institute of Development (SID) merupakan sebuah LSM non-profit di Indonesia yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan, pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat. SID berfokus dalam menciptakan program-program berbasis bukti dan menuju ke arah perubahan kebiakan melalui langsung dengan pemerintah dan pihak swasta melalui inovasi dan implementasi yang menemukan solusi yang dapat diperluas untuk terintegrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement