REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Mak Sunih tak henti-hentinya bersyukur dan berterimakasih. Aktivitas malam hari kini bisa dia lakukan dengan lebih mudah. Mak Sunih merupakan salah satu dari penerima bantuan lampu yang diberikan oleh Chapter W, award-winning social enterprise yang berbasis di Singapura dan Indonesia. Lampu ini tidak hanya dapat menerangi kegiatan malam mereka tapi juga bisa membantu aktivitas anak-anaknya. Lampu ini juga bisa juga digunakan anak-anaknya saat mencari belut di malam hari.
“Bisa buat belajar anak-anak terus buat bawa kemping mereka kalau ada kegiatan sekolah,” ujar dia.
Pada akhir tahun lalu, Chapter W mulai ramai mengajak masyarakat Indonesia untuk memaknai Hari Ibu. Salah satu caranya dengan mengajak 5000 anak muda menggungah foto diri bersama perempuan teristimewa di hidupnya melalui www.chapterwchangemakers.org.
Dari kontirbusi itu, secara tidak langsung anak muda Indonesia telah menolong 150 perempuan istimwa di Banten. Mereka yang hidup tanpa listrik dan bertahan menggunakan minyak tanah setiap malam ini akan memperoleh bantuan dari Chapter W. Para perempuan istimewa itu akan mendapatkan 150 lampu tenaga surya.
Eksekutif Senior Chapter W, Geanisa mengaku, pada umumnya target foto tersebut memang tidak tercapai. “Di awal kampanye, kami menargetkan 5000 foto bisa terkumpul, tapi di akhir memang 2590 yang terkumpul,” ujar Gea kepada Republika.co.id, Selasa (17/1).
Walaupun begitu, Gea menegaskan, pihaknya tidak mengurangi jumlah penerima manfaat yang dari awal memang ditargetkan 150 perempuan Banten. Adapun 150 penerima manfaat ini tersebar di delapan desa. Delapan desa yang mendapatkan bantuan ini seperti Sindang Wangi, Leuwicoo, Pasir Nangka dan Suka Negara. Kemudian dari data kecamatan Muncang, Lebak, Banten, Desa Ciminyak, Muncang, Cikarang dan Mekarwangi juga mendapatkannya.
Pembagian bantuan lampu ini sendiri dilakukan dalam dua acara. Pertama, para ibu maupun perwakilannya dikumpulkan di Kantor Kecamatan Muncang. Selanjutnya, pihak Chapter W mendatangi rumah beberapa ibu yang tidak bisa datang karena sejumlah faktor. “Karena sudah sangat tua atau ada yang sedang sakit, dan ada pula yang habis melahirkan,” ujar Gea.
Dari pengalaman ini, Gea melihat, para warga sangat menyambut bahagia bantuan tersebut. Apalagi wilayah tersebut memang sangat membutuhkan banyak bantuan terutama penerangan dasar. Sebab, selama ini mereka lebih banyak menggunakan lampu minyak tanah saat melakukan aktivitas malamnya.
Kondisi masyarakat di Banten tak hanya berhenti di situ saja, Menurut Gea, sebelumnya terdapat beberapa keluarga yang terpaksa mengambil listrik dari tetangganya. Setiap bulan mereka harus membayar uang ke tetangganya dalam jumlah yang cukup besar bagi mereka.
Yang cukup menyedihkan, dia melanjutkan, banyak nenek dan kakek yang hidup hanya berdua atau bahkan sendirian tanpa listrik sehingga harus menarik kabel dari tetangganya. “Kemudian setiap bulan harus membayar jumlah yang cukup besar karena kalau tidak, listriknya akan di putus,” ujar dua.
Melalui pemberian donasi ini, Gea berharap, banyak keluarga yang tidak lagi menarik kabel dari tetangganya. Dengan demikian, uangnya bisa disimpan atau dimanfaatkan untuk hal lain.
Selain itu, diharapkan juga lampu tenaga surya tersebut dapat memberikan keamanan yang lebih bagi masyarakat desa. Hal ini karena lampu minyak tanah rentan menyebabkan kebakaran apabila terjatuh atau tertiup angin. Apalagi, tambah dia, sebagian besar penduduk di sana masih menggunakan anyaman dan kayu sebagai bahan rumahnya. Lampu yang diterima masyarakat anti pecah sehingga aman dari risiko kebakaran. Lampu tersebut dapat difungsikan selama delapan jam dengan pengisian cahaya matahari saat siang hari.