REPUBLIKA.CO.ID,Mahasiswa selama ini sering dianggap sebagai salah satu agen yang membawa perubahan (agent of change) bagi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, pengaruh pergerakan mahasiswa dalam memberi stimulus perubahan sosial di Indonesia tampaknya mulai berkurang efektivitasnya dewasa ini.
Pengamat politik dari Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan pengaruh pergerakan mahasiswa di tengah-tengah masyarakat saat ini. Pertama, mahasiswa di rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak lagi sekritis pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Pada zaman SBY dulu hampir setiap saat masyarakat menyaksikan di televisi mahasiswa turun ke jalan melakukan demonstrasi atas kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memihak kepada rakyat kecil. Berbeda dengan realitas sekarang, gerakan mahasiswa sudah dikerdilkan lewat pemberlakuan sistem kampus yang mulai mempersibuk mereka untuk menyelesaikan kuliah secara cepat," ujar Pangi kepada Republika, Senin (16/1).
Kedua, kata dia, mahasiswa yang semestinya bisa diharapkan untuk mengingatkan dan mengkritik kebijakan pemerintah yang sesuka hati, belakangan ini mulai lebih banyak diam dan melakukan 'tiarap'. Salah satu penyebabnya adalah peraturan atau regulasi kampus yang kian ketat, sehingga membuat mahasiswa semakin sulit untuk melakukan aksi.
"Bahkan, berita yang pernah muncul beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa di salah satu daerah justru digembosi oleh pihak kampus sendiri. Tidak sedikit pula mahasiswa harus berurusan dengan aparat kepolisian lantaran keterlibatan mereka dalam aksi demonstrasi," kata Pangi.
Ketiga, pemerintah Jokowi juga turut mengondisikan gerakan mahasiswa dan kaum intelektual menjadi kehilangan taringnya. Hari ini, kata Pangi, semua urusan pada ujungnya bisa diselesaikan hanya di meja makan.
Staf pengajar dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu menuturkan, sudah saatnya mahasiswa kembali melakukan pengawalan secara aktif dan progresif terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada "wong cilik" alias rakyat kecil. Mahawasiswa, menurut Pangi, sudah seharusnya mampu menunjukkan peran sebagai agent of control terhadap rezim yang sedang berkuasa.
"Kita masih optimistis, karena pekan lalu ada mahasiswa di sejumlah provinsi yang secara serentak bergerak melakukan aksi mengingatkan pemerintah agar tidak sesuka hati menaikkan berbagai tarif yang menjadi kebutuhan dasar rakyat. Saya yakin, gerakan mahasiswa di era pemerintah Jokowi ini belum mandul," kata Pangi lagi.