REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pagi rumah duka almarhum Haji Damanhuri Zuhri, wartawan senior Republika di Kampung Tulang Kuning, Gang Swadaya, RT/RW 01/05 dikerumuni warga yang hendak melayat. Lantunan ayat suci Al-Quran terus berkumandang, turut mengiringi khidmatnya shaf-shaf shalat jenazah secara bergantian di sebuah mushala hijau di sebelah rumah duka.
Trisna (60 tahun), warga setempat yang tampak sedang tercenung masih terkenang masa-masa bersama almarhum. Ia menyebut almarhum sebagai guru ngaji sekaligus panutan warga sekitar.
"Beliau guru ngaji saya, kami, bukan hanya warga kampung sini yang tahu beliau," kata Trisna.
Haji Damanhuri, menurut Trisna dikenal sebagai seorang ustaz di kampungnya. Selain itu, tokoh masyarakat yang juga peduli terhadap pendidikan, salah satunya dibuktikan dengan keterlibatan almarhum di Yayasan Bina Ilmu.
"Suka mengajar ngaji untuk bapak-bapak malam Jumat, kalau mengisi untuk anak-anak sudah jarang," lanjutnya.
Kang Daman, begitu almarhum disapa, juga dikenal sebagai guru ngaji nya para awak Republika. Guru ngaji di sini memiliki konteks lebih luas. Mantan Pimpinan Redaksi (Pimred) Republika, Nasihin Masha menilai almarhum sebagai perintis relasi antara Republika dengan para ulama.
Kemudahan awak Republika menembus berbagai instansi agama maupun para ulama tak terlepas dari jasa almarhum. Baginya, Damanhuri merupakan sosok yang tahu banyak hal dan ramah kepada setiap orang.
"Berkat jasa beliau, hampir semua jalur, seluruhnya, ormas, ulama, pesantren diawali oleh pak Damanhuri, jadi kader-kadernya lebih mudah saat ini," kata Pimred Republika 2010-2016 itu.