Sabtu 31 Dec 2016 07:50 WIB

Setelah 212 dan Fatwa Haram Riba

Red: M Akbar
Aksi Super Damai 212 : Foto aerial ribuan umat Islam melakukan zikir dan doa bersama saat Aksi Bela Islam III di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/12).
Foto:

Bukankah ini penistaan dari kaca mata lain? Mengkerdilkan umat yang memiliki kesabaran ekstra. Cukup sudah umat dipermainkan. Perlu rumusan serius, fokus, berkesinambungan yang bisa memukul para cukong hitam. Uang cukong banyak dari umat. Tetapi seenaknya mempermainkan umat dengan dagelan hukum yang menjijikan. Ayo jadikan tiga kali aksi sebagai pelajaran. Kenapa target hukum tak tercapai? Kenapa keadilan makin dimainkan?

Betapa massif pengaburan terhadap kasus Ahok. Padahal, seharusnya sudah ditangkap sejak awal. Umat makin dipermainkan. Mereka, yang jauh-jauh datang jalan kaki demi keadilan hukum hanya dibalas dagelan menjijikan pencitraan.

Ya, tidak ada kebaikan sia-sia. Tak ada langkah yang tidak bermanfaat. Semua kembali ke niat. Tapi, sampai kapan dipermainkan? Sampai kapan dagelan dipertontonkan? Sampai kapan membiarkan penghinaan ketidakadilan? Teramat pedih hati ini melihat umat dimainkan. Jiwa serasa robek umat terus dikerdilkan.

Umat punya potensi sangat dahsyat, yang amat menakutkan para cukong dan siapapun yang mengkerdilkan. Sinergi seluruh lini perlu dibangun dan difokuskan. Sinergi dari umat untuk kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia. Perlu langkah ril setelah aksi 212, tanpa aksi lanjutan lagi. Misal, jalankan fatwa lain: Keharaman Riba. Tapi, kenapa fatwa itu kurang digaungkan?

Padahal Al Quran telah memberi peringatan. Fatwa Haram Riba juga telah lama dibuat sejak 1968 hingga terus sampai 2014. Namun, kenapa kini suanya hilang? Siapa Ulama yang berani menggaungkan kembali fatwa haram tersebut, seperti menggaungkan aksi Bela Islam?

Menjalankan perintah menjahui keharaman riba akan mencipta ekonomi umat yang sangat luar biasa. Ekonomi akan berputar dari umat ke umat. Selanjutnya, membangun ekonomi umat dengan berkesinambungan. Membangun media Islami, kesejahteraan yatim, dan sejenisnya, yang semua itu harus melepaskan diri dari kungkungan cukong. Murni dari umat untuk umat. Jangan sia-siakan tiga kali aksi, hanya berhenti di selfie. Hanya berhenti di euforia.

Kita telah punya peta, petunjuk, panduan yang ril dan konkrit. Termasuk soal ekonomi dan kesejahteraan. Semua telah dijelaskan dalam Quran dan Sunnah. Kita juga punya pendukung Pancasila dan UUD 1945. Semoga ada tokoh yang serius dan tulus memaksimalkan potensi umat, bukan memanfaatkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement