REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengimbau netizen agar bijak dan arif menggunakan media sosial sebagai media berbagi ilmu dan kebaikan. PBNU menilai media sosial saat ini justru menjadi wadah provokasi fitnah dan juga kebencian. Bahkan, kondisi ini, kata Said, telah melibatkan penggunaan sentimen Suku, Agama, Ras, Antargolongan (SARA) untuk tujuan politik.
"PBNU mengimbau kepada nitizen untuk bijak dan arif dalam menggunakan media sosial sebagai arena berbagi ilmu dan kebaikan, bukan wahana penyebaran fitnah dan kontes permusuhan," kata Said saat menyampaikan refleksi akhir tahun di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Jumat (30/12).
Menurut Said, gerakan melek digital pun perlu digalakkan melalui pendidikan formal. Selama ini, dunia maya dinilai PBNU telah menjadi media untuk menyebar kabar-kabar bohong dan juga palsu dan dimaksudkan untuk mengadu domba antarelemen bangsa maupun antargolongan.
Lebih lanjut, Said mengatakan, PBNU menilai pemerintah masih gagap dalam membangun counter-narrative sehingga radikalisme dapat tumbuh dan berkembang di dunia maya. Moderatisme dan juga toleransi pun kalah oleh tayangan dan konten radikal yang dapat disebarluaskan dengan mudah melalui media sosial.
Dalam kesempatan ini, PBNU juga mengingatkan agar perbedaan yang ada di negeri ini harus dijadikan sebagai energi untuk meningkatkan kekuatan negeri, dan bukan permusuhan. Said juga menyoroti kondisi politik pilkada, khususnya pilkada DKI Jakarta serta konflik di Timur Tengah yang telah digunakan untuk memecah belah bangsa.