Rabu 28 Dec 2016 16:47 WIB

Cipularang Macet Parah, Buat Sopir dan Penumpang Stres

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Teguh Firmansyah
Penumpukan kendaraan di Tol Cipularang kilometer 78, Rabu (28/12). Kemacetan terjadi pascapangalihan arus penutupan jembatan Cisomang.
Foto: Rachmat Santosa Basarah/Republika
Penumpukan kendaraan di Tol Cipularang kilometer 78, Rabu (28/12). Kemacetan terjadi pascapangalihan arus penutupan jembatan Cisomang.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Macet parah masih terjadi di sepanjang ruas Tol Cipularang, pascabergesernya Jembatan Cisomang beberapa hari lalu. Akibat kondisi ini, sejumlah sopir kendaraan mengalami stres. Pasalnya, mereka harus terjebak dalam antrean kendaraan berjam-jam lamanya.

Muhammad Balya (36 tahun), sopir truk yang mengangkut ikan asin, mengatakan, dirinya berangkat dari Jateng menuju Bandung. Karena tak tahu ada kemacetan panjang, Balya tetap melanjutkan perjalanan ke Bandung melalui GT Cikampek menuju Cipularang.

"Tapi apa yang terjadi, sampai di Cipularang mau keluar Jatiluhur, saya tertahan sampai empat jam," ujarnya sambil menyeka keringat, kepada Republika.co.id, Rabu (28/12).

Macetnya sangat parah. Macet saat mudik saja, tidak seperti sekarang ini. Kemacetan kali ini, benar-benar membuat sopir stres. Sebab, kendaraan sama sekali tak bergerak dalam waktu yang cukup lama.

Menurutnya, waktu dan tenaga serta pikiran terbuang percuma, gara-gara macet ini. Bayangkan saja, dari mulai masuk ke ruas Cipularang kendaraan sudah mengantre. Padahal, biasanya jarak tempuh dari GT Cikopo (Cikampek) ke GT Ciganea (Jatiluhur) hanya 15 menit dengan kecepatan tempuh rata-rata 60 kilometer per jam.

Tapi, saat ini sudah empat jam, GT Ciganea masih tak terlihat juga. Perjalanannya kali ini, memang menyita waktu. Pasalnya, kemacetan imbas dari bergesernya Jembatan Cisomang ini tak hanya terjadi di ruas tol saja. Melainkan, kondisi serupa juga terjadi di jalur arteri Purwakarta-Bandung via Padalarang. "Yang bikin stres itu, bila kami kebelet pengen BAB, harus di mana?" ujarnya.

Sementara itu, Mira Miranti (26 tahun), ibu rumah tangga asal Bandung, mengaku, sangat kesal dengan kondisi ini. Apalagi bagi kaum perempuan, bila ingin buang air kecil dan besar sangat sulit. Terutama, bila terjebaknya di lokasi yang jauh dari permukiman penduduk atau rest area. "Perjalanan Jakarta-Bandung kali ini sangat melelahkan," ujarnya yang membawa kendaraan pribadi ini.

Beruntung, lanjut Mira, di sepanjang jalan bebas hambatan ini banyak pedagang asongan. Sehingga, pengguna jalan masih bisa beristirahat atau mengisi perut dengan makanan seadanya. Namun, yang paling sulit yaitu bagi kaum perempuan. Bila ingin ke toilet. "Susah nyari toilet umum," ujarnya.

(Baca Juga: Penumpukan Kendaraan Terjadi di Tol Cipularang Mulai KM 78)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement