REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas meminta kepada Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo untuk setia kepada rakyat menyelamatkan Indonesia. Anwar menganggap, saat ini, Indonesia berada dalam kondisi sulit.
"Panglima menjadi pemimpin TNI di saat bangsa Indonesia dalam kondisi sulit. Bangsa ini telah terbelah dan kesenjangan semakin tinggi," kata dia dalam acara diskusi akhir tahun di PP Muhammadiyah, Rabu (28/12).
Anwar Abbas menyebut, apa yang membuat kondisi bangsa ini kian sulit, pertama karena kesenjangan ekonomi. "Lihat bagaimana perusahaan dan pengusaha besar lebih difasilitasi ketimbang pengusaha kecil dan UMKM. Padahal, jumlah pengusaha besar itu hanya beberapa persen saja, dengan kontribusi ekonomi hanya 40 persen," ujarnya.
Sedangkan UMKM yang jumlahnya lebih 80 persen di negara ini, ternyata berkontribusi lebih dari 60 persen dari total ekonomi Indonesia. Kemudian pembangunan masih terpusat di Jawa dan Sumatera sedangkan di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua masih jauh tertinggal. "Ekonomi kecil minim perlindungan. Jadi sistem ekonomi kita ini sudah terbalik," kata dia.
Bila ini dibiarkan, menurutnya, maka akan mengakibatkan kesenjangan yang kian tinggi. Lihat indeks gini Indonesia kini yang sangat memprihatikan artinya tingkat kesenjangan sudah membahayakan. Kemudian, dari sisi kepemilikan lahan, sungguh sangat memprihatinkan ternyata satu persen penduduk bisa menguasai lebih dari 60 persen lahan di negeri ini.
Kedua, lanjutnya, isu pribumi dan non pribumi yang semakin berbahaya. Dengan kesenjangan yang kian tajam dan isu pribumi dan non pribumi ini, menurutnya, sangat memungkinkan apabila tidak diantisipasi pemerintah dan TNI, tidak menutup kemungkinan rakyat yang bisa bertindak. "Kalau ini dibiarkan, cara rakyat sangat berbahaya," ujarnya.
Karena itu, Anwar Abbas menegaskan, Muhammadiyah bersikap akan membela NKRI bukan sekedar jargonnya, tapi berjuang menjaga secara menyeluruh. "Dan karena itu kita minta panglima TNI tetap berkomitmen memperjuangkan nasib bangsa indonesia itu. Kita prihatin kalau sekarang kondisinya, negeri ini diperebutkan negara asing dan Cina," katanya.