Senin 26 Dec 2016 17:24 WIB

Banjir Bima karena Kerusakan Lingkungan

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Warga membawa barang bawaannya melewati jembatan Kodo yang ambruk pascabanjir di Kelurahan Kodo, Kecamatan Rasana'e Timur, Kota Bima, NTB, Minggu (25/12).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Warga membawa barang bawaannya melewati jembatan Kodo yang ambruk pascabanjir di Kelurahan Kodo, Kecamatan Rasana'e Timur, Kota Bima, NTB, Minggu (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BIMA -- Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Adhy Daryono mengatakan, kerusakan lingkungan dan hutan menjadi salah satu penyebab utama bencana banjir bandang di Kota Bima. Menurutnya, selain efek La Nina, di mana curah hujan terjadi saat semestinya musim kemarau, dan hujan dengan intensitas tinggi, faktor kerusakan lingkungan juga memiliki andil besar dalam bencana tersebut.  

Kemensos dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana untuk menata lokasi di bantaran sungai dikembalikan peruntukannya sebagai jalur hijau, dan juga pengurukan sungai secara besar- besaran. "Perlu ketegasan pemerintah, rumah yang tidak punya IMB akan dihentikan," ujarnya di Kota Bima, NTB, Senin (26/12).

Menurutnya, saat ini yang mendesak dilakukan ialah pembersihan puing-puing dan sampah yang masih berserakan di sejumlah titik di Kota Bima.  "Rapat semalam fokus bahwa hari ini besar-besaran bersihkan sampah di jalan utama," lanjutnya.

Ia mengimbau masyarakat tidak perlu panik akan adanya banjir susulan. Menurutnya BMKG, kemungkinan  hujan masih akan terjadi di Kota Bima. Namun, pihaknya meyakini peringatan dini yang dijalankan pemerintah mampu diimplementasikan secara baik oleh masyarakat.

"Sekarang yang paling penting pascabencana adalah rekonstruksi terutama fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, puskesmas, dan pelayanan pemerintah, serta rehabilitasi rumah penduduk," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement