REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X berjanji tidak akan menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di sepanjang kawasan Malioboro dalam penataan sentra wisata belanja Yogyakarta itu.
"Bapak-bapak PKL tidak perlu ada kegelisahan. Saya tidak ada rencana menggusur para PKL di Malioboro," kata Sultan saat mencanangkan pemanfaatan pedestrian Malioboro tahap I di Yogyakarta, Kamis (22/12) sore.
Menurut Sultan, Pemda DIY justru ingin menata tempat jualan para PKL agar semakin rapi dan menarik selaras dengan program penataan kawasan Malioboro. "Menurut pendapat saya kekuatan Malioboro ya PKL itu, untuk transaksi level menengah secara ekonomi," kata dia.
Untuk menata tempat jualan PKL di kawasan itu, Sultan mengatakan telah mendiskusikan dengan para arsitek dan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, energi, dan Sumber Daya Mineral (PUP ESDM) DIY. Ia sendiri mengaku memiliki gagasan penyediaan tempat penyimpanan stok dagangan PKL di bawah tanah. Hal itu agar saat PKL selesai berjualan tidak ada lagi tertinggal peti-peti stok dagangan mereka yang ditutup dengan terpal.
"Mungkin tidak itu nanti bisa 'underground' supaya nanti bisa dijadikan tempat penyimpanan stok. Sehingga begitu PKL tutup bersih, tidak ada itu peti besar-besar ditinggal," kata dia.
Demikian juga bagi PKL yang membuka lapak di kawasan Pasar Sore Malioboro dan di depan toko Mirota Batik, Sultan mengagas penyediaan lokasi baru untuk berjualan yang rencananya di lahan gedung bekas Bioskop Indra. "Jika kami bangunkan di bekas Bioskop Indra, tiga lantai kira-kira mereka berjualan di sana beresedia tidak?," kata Sultan. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan PKL khusus kuliner yang berjualan pada sore hari, pada 2017 pihaknya juga akan membuat sejumlah titik penyediaan air bersih yang dapat difungsikan berbagai kebutuhan PKL, termasuk untuk mencuci piring.