REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di hari ibu ke-88, masih banyak ibu yang menderita, terutama mereka yang sudah berusia senja. Heni Sri Sundari, pendiri Komunitas EgroEdu Jampang berkeliling ke pelosok-pelosok desa untuk menjalankan program Kampung 1.000 Cahaya.
Selama perjalanannya, ia sering melihat ibu terutama yang sudah lanjut usia menjadi lapisan masyarakat yang paling menderita. Hampir di setiap desa yang dikunjungi, Heni menemukan kasus yang serupa.
"Padahal kan banyak dari pemerintah ada kartu ini, bantuan tunai itu, tapi mereka yang paling tidak pernah mendapat bantuan," kata Heni, Kamis (22/12).
Peraih penghargaan anak muda paling berpengaruh di Asia versi majalah Forbes ini melihat banyak nenek-nenek, terutama janda yang berada di garis kemiskinan. Nenek-nenek tersebut, kata Heni, menjadi masyarakat yang paling jarang mendapatkan kompensasi dari pemerintah.
Melihat realita tersebut, Heni tergerak untuk membantu para nenek-nenek tersebut. Ia mempublikasikan realita yang ia lihat di laman media sosialnya. Ternyata banyak teman di media sosialnya ingin membantu para janda tersebut. Mereka pun memberi donasi untuk meringankan penderitaan ibu-ibu lanjut usia.
Dari donasi tersebut Heni memberikan peralatan shalat, sembako, makan harian, sampai hadiah lebaran. Heni pun mengajak para donatur untuk melihat langsung para orang tua tersebut. "Mereka menangis mungkin karena selama ini tidak ada yang memperhatikan," kata Heni.
Setiap kali menjalankan programnya, Heni selalu menyambangi petugas atau pimpinan desa. Tapi selalu sulit untuk menemui mereka. Akhirnya Heni menjalakan program ini sendiri. "Baru ketika ada publikasi di Facebook, di koran, di televisi pada gelagapan, ketika muncul di koran baru berusaha membantah, padahal sering ada stasiun televisi nasional yang meliput, gak mungkin mereka gak tahu," kata Heni.